Kamis, 09 April 2020

Memuliakan Jenazah Muslim Covid-19, Syuhada Penghuni Surga


Penolakan pemakaman jenazah pasien Covid-19 yang terjadi di sejumlah daerah adalah perbuatan tidak terpuji. Apabila jenazah tersebut adalah kaum muslim, maka kita wajib memuliakannya karena mereka tercatat sebagai syuhada yang mati syahid. Dan Allah Swt menjanjikan surga untuk para syuhada tersebut.
Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw bersabda, ‘Syuhada’ (orang-orang yang mati syahid) itu ada lima, yakni orang yang mati karena terkena wabah, sakit perut, tenggelam, keruntuhan bangunan, dan mati yang syahid di jalan Allah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Jadi syuhada bukan orang yang mati dalam medan pertempuran membela agama Allah saja, tetapi juga lima golongan yang disebutkan dalam hadits tersebut.



Para pasien positif virus Covid-19 yang beragama Islam, beriman, sabar dan ridho dengan wabah penyakit yang dideritanya kemudian dia wafat karena penyakit tersebut, maka almarhum tercatat sebagai syuhada. Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LBM PBNU) menyatakan, Covid-19 merupakan wabah atau tha’un. Dan jenazah Muslim pasien Covid-19 adalah syahid fil akhirah.

Sesungguhnya takdir kematian seseorang telah tertulis. Setiap detik berlalu mengantarkan kita berjalan menuju tempat kematian pada waktu yang telah ditetapkan, tanpa bisa ditawar. Demikian juga dengan pasien penderita Covid-19, mereka telah menjalani takdir kematiannya.

"Sebagai saudara, maka kita wajib mempersilahkan petugas yang ditunjuk untuk menunaikan pemakaman karena hukumnya fardu kifayah. Artinya bila tidak dilaksakan maka kita semua akan menanggung dosa,” kata Dwi Rahmawati.

Meski telah wafat, Islam mengajarkan kepada umatnya untuk tetap menghormati orang tersebut atau dikenal dengan sebutan adab. Adapun adab terhadap orang yang telah meninggal antara lain adalah, tidak mencela dan membicarakan keburukannya, berdiri saat ada iring-iringan jenazah sebagai bentuk penghormatan terakhir dan tidak memperlambat proses pemakaman jenazah tersebut.

Prosedur Pemakaman Jenazah Covid-19
Agar tidak menimbulkan penularan, pengurusan jenazah pasien Covid-19 dilakukan dengan hati-hati dengan menggunakan semua prosedur sesuai panduan dari Kemenkes, Kemenag dan MUI. Petugas kesehatan yang mengurus jenazah harus memakai alat pelindung diri (APD) lengkap untuk menghindari resiko penularan.
Penguburan jenazah pasien Covid 19 berdasarkan Fatwa MUI 18 Tahun 2020 yang menjelaskan tentang pedoman pengurusan jenazah yang terpapar Covid 19 mulai dari memandikan, mengafani, menyalatkan, sampai dengan proses penguburan jenazah dalam keadaan darurat telah dilakukan sesuai dengan protokol medis dan ketentuan syariah.
Sebelum dikebumikan, jenazah dibungkus kantong jenazah yang tidak tembus cairan untuk mengurangi resiko penyebaran virus kemudian dimasukkan ke dalam peti jenazah. Proses pemakaman pun harus dilaksanakan sesegera mungkin.

Memutus Rantai Penyebaran Covid-19
Virus Corona yang diduga masuk ke Indonesia sejak 14 Februari 2020 lalu terus berkembang pesat dan menyebar hingga ke seluruh pelosok tanah air. Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto di Graha BNPB Jakarta menyebutkan, data terbaru, Sabtu 4 April 2020 jumlah kasus pasien positif Corona bertambah 106 kasus. Sehingga total kasus akumulatif menjadi 2.092 kasus.
Untuk membantu meringankan tugas para dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya yang berada di garda terdepan, kini saatnya kita sebagai masyarakat untuk memutus rantai penyebaran dan menahan laju penularan virus Covid-19. Penyebaran virus yang terjadi secara langsung maupun secara tidak langsung ini dapat ditekan dengan cara sebagai berikut;
Mengurangi pertemuan dengan orang banyak. Sebaiknya tetap diri di rumah saja bila tidak ada hal mendesak yang dilakukan di luar rumah.
Cara lainnya adalah dengan rajin mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah melakukan aktivitas. Karena sebenarnya virus yang dilapisi lemak ini sangat lemah dan mudah mati apabila terkena sabun. Sebisa mungkin hindari menyentuh wajah, khususnya mata, hidung dan mulut untuk mencegah masuknya virus ke dalam tubuh.
Seperti yang kita ketahui, penularan virus covid-19 secara langsung terjadi ketika pasien positif Covid-19 mengalami batuk atau bersin mengeluarkan tetesan atau percikan yang dapat mengenai orang lain yang berada sekitar satu meter di dekatnya. Oleh sebab itu penting bagi penderita batuk pilek untuk menggunkan masker dan menjaga jarak agar tidak menularkan pada orang lain.
“Sebagai antisipasi mandiri, sebaiknya kita kurangi interaksi sosial dengan tetap berada di rumah saja. Bila ada kepentingan mendesak yang menyebabkan harus keluar rumah, lindungi diri dengan menggunakan masker, menjaga jarak dengan orang lain, dan segera mencuci tangan dan mandi setelah melakukan aktivitas di luar rumah,” kata Dira. [ ]


Tribun Kaltim. Selasa, 7 April 2020

Anak Main Gunting, Siapa Takut! Menggunting Melatih Anak Belajar Menulis


Anak Anda suka main gunting di rumah? Jangan buru-buru dimarahi dulu ya, Bu. Sebaiknya segera dampingi anak dan ajari cara menggunting dengan benar. Lalu jelaskan pada mereka apa saja yang boleh dan tidak boleh digunting.
Menggunting merupakan kegiatan menyenangkan bagi anak-anak sekaligus dapat melatih kekukatan jari-jari mereka sebagai persiapan belajar menulis. Otot jari dan tangan anak yang terlatih akan memudahkan mereka memegang pensil dengan baik dan benar, sehingga mereka lebih mudah saat belajar menulis.
“Ada beberapa anak usia enam tahun lebih tetapi belum bisa memegang pensil dengan baik,” kata pemerhati pendidikan, Dwi Rahmawati. 
Penulis buku yang akrab dipanggil Dira ini menambahkan bahwa keadaan tersebut membuat anak kesulitan saat menulis apalagi bagi mereka yang telah menempuh pendidikan dasar. Belum terlambat untuk melatih kekuatan jari dan otot tangan anak, caranya adalah dengan melakukan permainan sederhana yang dapat melatih motorik halus tersebut.
Kemajuan teknologi yang ditandai dengan semakin canggihnya gawai yang dimiliki setiap keluarga ikut mempengaruhi cara bermain anak. Orang tua yang sibuk memilih memberikan gawai untuk menenangkan anak-anaknya. Padahal anak-anak dapat diarahkan untuk melakukan permainan ketangkasan yang membuat mereka aktif bergerak karena sifatnya menyenangkan.
Gawai yang oleh sebagian orang tua dianggap sebagai solusi dalam masalah pengasuhan ini justru dapat menimbulkan masalah yang cukup rumit bagi anak, yaitu kecanduan permainan virtual. Apalagi anak belum bisa mengendalikan diri dengan baik, sehingga harus terus diarahkan. Sementara orang tua tak punya banyak waktu untuk mengawasi anak-anak mereka bermain gawai.
            Padahal masih banyak permainan yang dapat dilakukan anak-anak selain permainan virtual, misalnya mengenalkan berbagai macam permainan tradisional. Selain itu, kegiatan menggunting juga bisa dijadikan sebagai salah satu alternatif permainan yang menyenangkan, tentunya harus dibawah bimbingan orangtua.
            Kegiatan menggunting yang dilakukan oleh anak dapat melatih otak kiri mereka. Kemampuan menggunting tepat pada garis pola melatih anak untuk melakukan segala sesuatu dengan tepat, serta melatih koordinasi tangan dan mata anak saat menggerakkan gunting dengan jari-jarinya.

Buku Pintar Menggunting
            Untuk memudahkan orang tua dan guru dalam bermain gunting, Ibu tiga anak ini menulis buku berjudul Pintar Menggunting yang diterbitkan oleh Rainbow imprint Penerbit Andi Yogjakarta. Dalam buku setebal 120 halaman tersebut, anak-anak bisa praktik menggunting garis lurus, garis miring, zig-zag, lengkung, bergelombang. Selain itu anak-anak juga dikenalkan dengan pola menggunting bentuk geometri, yaitu segitiga, lingkaran, dan macam-macam garis kombinasi.


Deskripsi Buku

Judul        : Pintar Menggunting        
Penulis     : Dwi Rahmawati
Ilustrator  : Endy Astiko
Tebal        : 120 halaman
Penerbit   : Rainbow (Imprint Penerbit Andi)
ISBN         : 978-602-53860-6-0

            Buku seri aktivitas anak ini disajikan dengan gambar ilustrasi menarik yang dibuat oleh Endy Astiko. Harapannya agar anak tidak bosan dan bersemangat menggunakannya. Kecakapan anak semakin terasah saat memasuki ‘Bab Gunting dan Tempel’ yang mengasah kemampuan berfikir anak untuk tidak hanya menggunting tetapi mahir menyusul hasil guntingannya yang berupa kepingan puzzle sederhana menjadi gambar utuh.
            Di bagian akhir buku terdapat permainan menggunting yang tak kalah seru, yaitu pada ‘Bab Yuk, Membuat Mainan’. Setelah menggunting pola bergambar, anak dapat melipat hasil guntingan dan memainkannya. Sebagai bentuk penghargaan pada anak yang telah berhasil menggunting dengan baik, dibagian akhir buku terdapat sertifikat sebagai bentuk reword yang dapat diisi dengan data pribadi anak beserta foto. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa percaya diri pada anak karena pekerjaan yang dilakukannya mendapat apresiasi positif dari orang tua dan guru.
            “Buku ini merupakan salah satu dari sekian banyak permaian yang dapat dilakukan anak dengan mudah dan menyenangkan,” kata Dira. Menurutnya, orang tua dan guru dapat merangcang jenis-jenis permainan lainnya untuk menstimulasi kecerdasan anak sehingga dapat berkembang maksimal. Karena anak yang memiliki pengalaman bermain dan bergerak biasanya akan tumbuh lebih cerdas dan kreatif. [ ]

Tribun Kaltim. Senin, 2 Maret 2020


Sabtu, 17 Februari 2018

Bahagia Itu Sederhana, Jalani, Nikmati, Syukuri


Judul                   : Jalani, Nikmati, Syukuri
Penulis                : Dwi Suwiknyo
Penerbit              : Noktah (DIVA Press Group)
Tahun terbit        : Cetakan pertama, 2018
ISBN                   : 978-602-50754-5-2
Tebal buku          : 259 halaman



  
Kita memang tidak bisa memilih bagaimana cara kita memulai hidup ini,
tetapi kita masih diberi kesempatan untuk memikirkan bagaimana cara kita menikmati hidup ini, dan bagaimana cara kita menyikapi hasilnya. (Hal. 10) 
         Quote yang menarik di bab prolog ini membuat saya tak sabar igin membaca isinya. 
       
Eye cathing begitulah kesan pertama saat melihat buku ini. Dominan merah dengan judul huruf timbul berwarna kuning, sangat menarik perhatian. Tampilan bagian dalam buku dengan warna biru, hitam, dan abu-abu, didukung dengan jenis font atau huruf berbeda, membuat pembaca tidak bosan. Gambar komik yang segar dan flip chart  ringkasan berbentuk skema yang tersusun rapi memudahkan pembaca memahami pesan penting yang disampaikan.

Sayangnya saya tidak menemukan daftar isi pada buku ini. Entah lupa atau memang sengaja tidak dilampirkan. Sehingga saya kesulitan menemukan halaman sub judul pembahasan dengan cepat dan harus mencari secara manual. Sempat terlintas di benak, apakah ini adalah model penulisan buku gaya baru?

Ada Sekitar 53 sub judul pembahasan dalam buku ini, termasuk prolog pembuka dan epilog penutup. Serunya lagi, saya bisa membacanya secara acak tanpa harus kehilangan benang merahnya. Saya mengawali dengan judul Allah Maha Baik di halaman 250, saya dibuat penasaran untuk menengok judul-judul di halaman sebelum dan sesudahnya. Pesan berbeda yang tersirat sangat kuat dalam setiap sub judul, membuat saya ketagihan untuk membaca buku ini lagi, lagi, dan lagi.

Bercermin dari buku ini seperti melihat kembali beberapa kejadian serupa yang pernah saya alami. Buku ini seolah menjawab kegundahan terhadap permasalahan yang pernah dan sedang saya alami. Sesekali saya mengangguk setuju dengan pemaparan dan solusi yang ditawarkan. Tak berlebihan bila saya lebih suka mengkategorikan buku ini sebagai buku motivasi. Meski dari pihak penerbit telah mengelompokkan buku ini ke dalam genre religion and spirituality.

Buku ini kian istimewa karena pada sub judul Hiduplah Hari Ini (hal. 180) ada puisi berjudul Aku Adalah Waktu karya penulis (Mas Dwi Suwiknyo). Puisi ini sangat istimewa karena belum pernah dimuat media mana pun. Dan untuk pertama kalinya dipublikasikan hanya dalam buku Jalani, Nikmati, Syukuri.

Ulasan pada bab ini menyadarkan kita bagaimana seharusnya kita pandai menikmati apa yang dijalani hari ini dengan penuh syukur. Tanpa harus memusingkan masa lalu yang sudah menjadi kenangan atau merisaukan masa depan.

Masih banyak persoalan lain yang dibahas dalam buku ini. Pembaca digiring untuk belajar menerima (hal. 24), belajar melepaskan (hal. 38), dan belajar bahagia (hal. 50). Saya semakin termotivasi untuk bersyukur apapun keadaannya saat membaca halaman 78, kaya belum tentu enak.

Apakah kita sudah bahagia? Kenali tandanya. Anda akan menemukannya di halaman 51, bab berjudul 7 Tanda Kebahagiaan.  Tujuh tanda tersebut adalah jawaban dari Ibnu Abbas --sahabat sekaligus orang yang gemar melayani Rasulullah-- ketika ditanya perihal kebahagiaan oleh para Tabi’in.

Hidup akan berjalan lancar dan mudah bila sesuai dengan keinginan kita. Nyatanya, orang-orang di sekitar kita tidak memiliki frekuensi yang sama, sehingga mempengaruhi kondisi yang kita hadapi. Rumus 9 Barangkali di halaman 138 adalah rumus sederhana yang efektif digunakan untik mengubah pola pikir negatif menjadi berpikir positif. Rumus ini juga bagian penting dari teknik memaklumi orang lain, sehingga kita bisa berfikir positif kepada orang lain.

Saya betah berlama-lama membaca sub judul ketika salah menjadi sumber tawa (hal. 213). Bab ini tuh, saya banget. Ingatan saya kembali pada kejadian dua tahun yang lalu. Saat itu saya sedang membeli martabak. Setelah megantri cukup lama martabak pesanan saya akhirnya siap. Hal memalukan terjadi saat akan membayar. Dengan bangga saya keluarkan selembar uang lima puluh ribu, kemudian diam menunggu. Bukannya langsung memberi uang kembalian, eh penjual martabak juga ikut menunggu.
“Kembaliannya, Pak?” saya mulai tak sabar.
“Loh, bukannya ini masih kurang 15 ribu lagi?” penjual martabak kalem.
“Dihitung lagi dong, Pak! saya mulai ngotot.
“Bener, Bu. Kurang 15 ribu.”
Orang-orang mulai melihat saya dengan tatapan sinis. Saya balas tatapan mereka dengan pandangan jutek.
“Ibu nggak punya uang lagi, ya? Biar saya saja yang bayarin sisanya,” seorang pemuda yang mengantri menawarkan diri dengan sopan.
Bagai tersengat tawon, saya buru-buru mengeluarkan uang lima puluh ribu yang kedua. “Saya bisa bayar sendiri,” saya pun berlalu meninggalkan rombong martabak pinggir
jalan yang dipadati pembeli.
“Bu... ini uangnya,” penjual martabak menghampiri saya yang sudah bersiap di atas motor.
Waktu itu saya mengira penjual martabak itu menyadari kesalahannya saat menghitung total belanja saya.
“Makanya lain kali dihitung dulu yang bener, Pak!” celetuk saya ketus kemudian menancap gas sepeda motor sekerasnya. Berlalu dengan dongkol.
Sesampainya di rumah, saya terkejut. Loh, kok, uang yang dikembalikan tiga puluh lima ribu. Harusnya kan, tetap lima puluh lima ribu.
Duh, saya kok, masih ngotot aja. Saya ambil kalkulator dan mulai menghitung martabak yang saya beli.

Astagfirullah... ternyata saya yang salah. Kaget luar biasa membuat saya merasa sedih, sesak, dan gundah. Betapa angkuhnya saya, harga diri ini serasa runtuh. Mendadak saya tak ingin keluar rumah, tajut bila bersua dengan pedagang martabak itu. Takut bila berjumpa pemuda yang menawarkan diri mentraktir sisa kekurangan uang. Dan kawatir bila salah seorang di antara para pengantri tersebut melihat saya, kemudian mengolok kebodohan saya.

Untungnya itu hanya ilusi bentuk dari kekawatiran saya saja. Terkadang kita terlalu berlebihan saat mengalami sesuatu. Mungkin saat itu orang-orang di sana menertawakan kelalaian saya dan membela pedagang martabak yang sabar. Tapi setelah itu, mereka akan melupakannya, karena banyak hal penting lainnya yang harus mereka hadapi. Seperti yang dituturkan pada halaman 94, kesengsaraan itu hanya ilusi.
Hidup memang harus terus berlanjut. Tak peduli seberapa menyakitkannya itu. Biarlah nanti waktu yang mengobatinya.

        Betul seperti yang dikatakan penulis pada halaman 215, semua kesalahan pada akhirnya hanya bisa kita istigfari dan butuh keberanian untuk menertawakannya. Penulis memotivasi dengan tulisan yang berbunyi janganlah terlampau bersedih pada kesalahan yang memang tidak kita sengaja (khilaf). Itu bukanlah aib yang menurukan harga diri kita. Sebab, kita tidak berniat untuk melakukan satu kesalahan itu. Saya butuh waktu lama untuk bisa menerima kenyataan dan memaafkan diri sendiri.

Pas banget dengan pembahasan di bab selanjutnya Jangan Gampang Baper (hal.217). saya menemukan kalimat ini, ...Terkadang, kita memang perlu menetawakan kekurangan diri sendiri, dan terbuka dengan segala kemungkinan terburuk... (hal.218).

Dipaparkan dengan bahasa sederhana yang mudah dimengerti, bahkan terkesan santai. Disertai dengan contoh kejadian dan peristiwa yang bisa kita petik hikmahnya membuat buku ini kaya pengalaman sekaligus solusi jitu yang dapat dilakukan agar hidup yang selalu penuh masalah ini tetap bisa dinikmati dengan rasa syukur yang dalam.

Membaca buku ini akan membuat kita lebih waspada untuk tidak mengulangi kesalahan yang pernah dialami orang lain. Karena di dalam buku ini ada solusi dan jawaban langsung untuk setiap permasalahan yang berbeda.

Jangan tunda kebahagiaan, karena bahagia itu sederhana, jalani, nikmati dan syukuri. Bagilah kebahagiaan dengan orang-orang tersayang di sekitar kita. Caranya bisa dengan menghadiahkan buku ini kepada mereka. Biar afdol, Anda harus membaca buku ini terlebih dahulu, ya! Akhirnya, selamat membaca dan bersiaplah bahagia.

Rasa bahagia pun bisa datang dari penerimaan yang tulus. Penerimaan yang tulus atas apa pun yang terjadi dan bagaimanapun kondisi hidup kita. Penerimaan yang tulus apa saja yang sudah kita lewati, dan bersiap menerima apa pun yang akan terjadi pada diri kita (Hal. 255).


Resensi buku ini diikut sertakan dalam Lomba Blog Review Buku Jalani, Nikmati, Syukuri 
karya Mas Dwi Suwiknyo.



Minggu, 26 November 2017

Anak Butuh Smartmom Bukan Smartphone, Buku Pintar Atasi Kencanduan Gawai

“Teknologi modern membuat orang takjub, berlomba memilikinya demi pencintraan status sosial yang mapan, menikmatinya dan terlena, sampai suatu hari sadar, bahwa sesuatu yang berharga telah terampas.”

Pernah suatu hari seorang ibu guru menanyakan apa cita-cita muridnya di sebuah kelas. Murid-murid pun menjawab dengan berbagai profesi yang menjanjikan. Mereka juga mengemukakan alasan yang lucu dan menggemaskan sesuai imajinasi anak. Namun anehnya, ada seorang anak perempuan yang bercita-cita ingin menjadi smartphone.

Ibu guru yang penasaran pun menanyakan alasan anak tersebut. “Karena aku ingin setiap hari ingin bersama Ayah dan Ibu, seperti smartphone,” begitu jawabnya. Ia pun melanjutkan, “Bahkan, Ibu bisa memarahiku hanya gara-gara sedang asyik dengan smartphone. Ayah juga selalu membawa smartphone ketika tidur.

Kenyataan ini sungguh memilukan, meski secara fisik Ayah dan Ibu sedang bersama anak-anaknya namun mereka sibuk dengan dunia mayanya sendiri. Bahkan demi pencintraan status sosial keluarga mapan, orangtua pun membelikan smartphone untuk anak-anaknya.

Kayla Mubara, Ibu dari dua orang balita ini menangkap kenyataan yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari ini. Perempuan yang kesehariannya berperan sebagai pendamping pengasuh panti asuhan di Pulau Madura ini berpendapat bahwa, anak lebih membutuhkan smartmom dibanding smartphone. Orantua khususnya ibu, harus terus ditempa untuk membimbing anak-anak agar bijak saat menggunakan fasilitas teknologi canggih, sehingga terlahir generasi unggul.

Kolaborasi cantik 5 perempuan

Kayla yang telah banyak menghasilkan buku ini pun berinisiatif menulis buku panduan perenting di era digital. Hebatnya lagi, ia tidak sendiri. Empat perempuan lainnya dari tempat yang berbeda berkolaborasi membagikan pengalaman cerdas saat menggunakan smartphoe dalam buku ini. Meski dikerjakan serempak, tulisan yang dihasilkan tidak terjadi tumpang tindih. 

Kayla piawai membagi tugas sehingga masing-masing  penulis dengan mengerjakan satu bab berbeda. Pada akhirnya, semua tulisan dikumpulkan dan diedit untuk kemudian diserahkan kepada penerbit.

Pada bab 1, Anda akan disuguhi tulisan Dwi Rahmawati alumni Universitas Mulawarman, Samarinda tentang kenyamanan fasilitas smartphone. Perempuan yang akrab dengan sapaan Dira ini juga mengulas dampak positif dan negatif, serta pengaruh internet bagi kesehatan anak.
            
Agustina Purwantini lulusan Sastra Indonesia Universitas Gadjah Mada menulis di bab 2 tentang kiat menjadi Ibu yang melek literasi informasi. Perempuan yang akrab disapa Tinbe ini juga membahas tip mendampingi anak dalam menggunakan smartphone, membedakan berita hoak dan fakta serta bijak menelusuri informasi disampaikan dengan gamblang.
            
Bab 3 membahas tentang bijak bersikap dan jeli memilih konten diulas tuntas oleh Dyah W.S lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Ibu yang memilih jalur pendidikan berbasis keluarga (homescooling) bagi kedua putrinya ini menyoroti anak-anak digital (digital natives) dan bagaimana sikap dan peran orang tua untuk mengatasinya.
            
Namun bagaimana bila seorang anak sudah terlanjur kecanduan smartphone? Nenny Makmun, pemilik Sanggar Ngumpul Bocah Rumah Hijau membahasnya dalam Bab 4 buku ini. Ibu cerdas harus bisa menerima kelemahan anak, melakukan interospek diri, dan melakukan langkah-langkah mengurangi kecanduan gawai. Semua dijabarkan dengan gamblang pada bab tersebut.
            
Harus diakui, kecanggihan smartphone telah berhasil merampas keharmonisan sebuah keluarga. Saat bangun tidur Ayah dan Ibu sudah sibuk mengecek smartphone.  Bahkan dalam smartphone anak-anak tersimpan game yang berisi gambar-gambar yang tidak sesuai untuk konsumsi di usia belia anak-anak. Hal ini diramu oleh Kayla yang bernama Khulatul Mubarokah.
            
Pada bab 5 Kayla memberikan solusi cerdas bagi para ibu tentang kegiatan seru selain bermain smartphone bagi anak-anak tercinta. Beragam kegiatan di dalam dan di luar ruangan ini bisa ditiru dan mudah diaplikasikan untuk mengembangkan bakat anak mulai dari rumah.

Tebal buku 228 halaman

Buku ini hadir menjawab keprihatinan para ibu yang memiliki anak yang terlanjur kecanduan smartphone. Meski demikian, buku ini juga sangat baik dibaca oleh orangtua dan guru sebagai antisipasi bila menghadapi kasus serupa. Bukankan mencegah lebih baik daripada mengobati. Dan buku ini memiliki peran ganda, sebagai penawar sekaligus pencegah kondiri kronis kecanduan gawai.

Lima perempuan yang menjadi kontributor dalam buku ini sadar betapa smartphone telah merampas kebahagiaan keluarga bila kita tak pandai menyiasatinya. Penggunaan smartphone secara bijak selain bisa mengatasi keretakan hubungan ibu dan anak, atau hubungan ayah dan ibu sebagai orangtua, ternyata bisa menghasilkan manfaat positif. Buku ini misalnya, terlahir dari para smartmom yang terpisah jarak dan waktu yang terhubung dengan smartphone. Gawai juga bisa menghasilkan karya yang postif, tergantung bagaimana kita bisa mengelolanya.

Yuk! Koleksi buku ini untuk mewarnai perpustakaan di rumah, di sekolah bahkan di kantor. Baik juga untuk dijadikan sebagai cinderamata dan kenang-kenangan untuk istri, para ibu muda, sahabat dan kerabat yang memerlukannya.

Buku yang diterbitkan oleh Penerbit DIVA Press ini mampu menyadarkan Anda dan kita semua, bahwa anak lebih membutuhkan smartmom, bukan smartphone!
***

Tribun Kaltim, Minggu 26 November 2017




Sabtu, 17 Juni 2017

Membuat Mainan Edukatif Sendiri

Bermain adalah kegiatan menyenangkan yang disukai anak-anak. Hampir sebagian besar waktunya dihabiskan untuk bermain. Bagusnya lagi, anak-anak tidak pernah bosan untuk bermain. Nah, harusnya kita bisa memanfaatkan kesempatan bermain  ini untuk merangsang kecerdasan anak.

Tapi kok, main melulu. Terus kapan belajarnya?

Eits... Bunda jangan marah dulu. Bermain itu penting untuk menunjang tumbuh kembang anak, loh. Tentunya permainan yang memiliki nilai pendidikan atau permainan edukatif. Pada saat bermain itu lah, Bunda bisa mengembangkan imajinasi, daya pikir, dan ketangkasan olah tubuh anak.

Tahukah Bunda, secara umum mainan edukatif memilliki fungsi penting. Di antaranya adalah,

  • Melatih aspek kognitif, yaitu kemampuan berfikir, mengingat sesuatu, dan kemampuan memecahkan masalah.
  • Melatih perkembangan motorik, yaitu kemampuan gerak seorang anak berdasarkan kematangan saraf dan ototnya. Gerakan motorik sendiri terbagi menjadi dua, yaituMotorik Kasar, gerakan tubuh yang berhubungan dengan otot-otot besar anggota tubuh.Misalnya, merangkak, berjalan, lari, lompat, memanjat, mengangkat satu kaki, dan mengayunkan tangan.Motorik halus, berhubungan dengan gerakan jari-jari tangan dan kaki. Misalnya, menulis, merangkai, menggenggam, menjepit, berjinjit, dan menggunting.
  • Melatih konsentrasi dan fokus.
  • Mengenalkan konsep dasar matematika. Misalnya, mengenal angka, membilang, dan mengenal bentuk geometri.
  • Pengenalan warna.
  • Mengembangkan kemampuan bahasa, yaitu dapat diminta melakukan sesuatu sesuai arahan, menambah kosa kata dengan permainan, dan mengenalkan huruf abjad. 

Sebagai orangtua, sering kali kita terpesona melihat kelebihan anak lain dibandingkan dengan anak kandung sendiri. Kenapa sih, anak tetangga pintar matematika sedangkan anak saya lebih suka menari? Padahal di sekolah tidak ada mata pelajaran menari. Bagaimana bisa jadi juara kelas? Keluh seorang ibu saat bertemu sahabatnya. 

Pada kesempatan lain, ada juga orangtua yang mengeluhkan anaknya yang belum juga bisa membaca dengan lancar. Begitu seterusnya hingga para orang tua tersebut lupa bahwa masih ada kelebihan lain yang dimiliki anak-anak mereka yang tidak dimiliki anak lain.

Howard Gardner, pakar pendidikan dari Universitas Havard membagi tingkatan kecerdasan anak menjadi delapan jenis. Teori ini dikenal dengan teori multiple intelligences atau kecerdasan multipel yang terdiri dari kecerdasan;
  1. Linguistik, kemampuan anak berbahasa ( berbicara dan menulis)
  2. Logika/matematis, ketertarikan terhadap angka, matematika, sains, dan logika.
  3. Intrapersonal, suka bermain sendiri, bisa mengelola emosi dengan baik.
  4. Interpersonal, dapat memahami orang lain, empati, dan supel.
  5. Musikal, suka bernyanyi, menari, dan memainkan musik.
  6. Spasial, suka berimajinasi, menggambar, dan membangun menggunakan balok.
  7. Kinetik, aktif dan tangkas dalam olah tubuh.
  8. Naturalis, suka bermain di alam, peduli lingkungan, tanaman dan binatang.

Beberapa anak yang memiliki beberapa kecerdasan sekaligus. Namun ada juga yang hanya menonjol pada satu jenis tipe kecerdasan. Jangan kawatir dulu, karena setiap anak itu istimewa. Kita dapat mengasah kecerdasannya sesuai dengan karakter dan minat anak.

Melalui kegiatan bermain, kita bangun kecakapan berfikir anak sambil bersenang-senang. Tentunya dukung oleh permainan yang mendidik ya, Bunda. Beragam alat peraga edukasi dirancang untuk melatih beragam tipe kecerdasan anak banyak dijual bebas. Kali ini saya akan mengajak Bunda untuk membuat sendiri dengan bahan yang mudah didapat. Selain murah meriah, mainan yang akan kita buat ini aman, loh.

Oiya, Bunda juga bisa mengajak putra putri tercinta untuk membuatnya bersama. Hati-hati saat menggunakan alat bantu saat membuat mainan, misalnya gunting, cutter, dan lem tembak. Semua tahapan langkah-langkah membuat mainan harus dalam pengawasan orangtua. 

Bunda dan ananda sudah siap? Pasti seru, karena ini akan  jadi pengalaman berharga buat anak-anak. Ikatan yang terjalin antara Bunda dan anak akan semakin kuat. Yuk, simak mainan yang akan kita buat di bawah ini! 

1.      Pakaianku
(Mencocokkan setelan pakaian)

Alat dan Bahan
·           Kertas origami aneka warna
·           Gunting
·           Spidol
·           Wadah plastik

Cara membuat
  1. Lipat kertas origami dari kanan ke kiri hingga meninggalkan garis vertikal di tengah. Kemudian gunting.
  2. Ambil satu kertas yang telah digunting. Lipat kertas tadi dari atas ke bawah. Buka lipatan, terlihat garis horizontal. Kemudian gunting.
  3. Buat gambar kaos pada salah satu kertas, kemudian tulis anggka di dalam kaos tadi.
  4. Buat gambar celana atau rok pada kertas lainnya, kemudian buat bulatan-bulatan kecil sebanyak angka yang tetera di kaos tadi. 
  5. Ulangi langkah 1 – 4 dengan warna kertas berbeda. Buat urutan angka berbeda, misalnya angka 1 – 10.
  6. Masukkan guntingan kertas-kertas tadi secara acak ke dalam wadah.
  7. Ajak anak memainkannya.
  8. Perintahnya, ayo carilah setelan pakaian sesuai warna, angka, dan jumlah bilangan yang tertera.
Tujuan permainan ini;
  • Belajar membilang dan mengenal lambang bilangannya
  • Belajar mengenal warna
  • Melatih konsentrasi dan ketelitian


2.      Menggunting

Alat dan bahan
·           Kertas (gunakan sisa kertas untuk membuat setelan pakaian di atas)
·           Spidol
·           Gunting
·           Wadah

Cara membuat
  1. Ambil kertas pertama, buat garis lurus memanjang di bagian tengah.
  2. Kertas ke 2, buat garis zig-zag memanjang. Kertas ke 3, buat garis gelombang. Dan seterusnya. 
  3. Letakkan pada wadah, ajak anak memainkannya.
  4. Siapkan wadah kosong untuk meletakkan hasil guntingan. Gampang, kan?
Tujuan permainan ini;
ü  Melatih motorik halus, yaitu kelenturan jari-jari saat menggunting

3.      Buka Pasang Tutup Botol

Alat dan Bahan
·           Botol bekas kemasan minuman
(Boleh dengan ukuran berbeda, dan atau warna tutup botol yang beragam)
·           Cutter
·           Lem Tembak
·           Kardus bekas

Cara membuat
  1. Bersihkan botol, potong ¼ bagian atas.
  2. Susun potongan botol mulai dari yang terkecil hingga yang terbesar di atas kardus. Kemudian lem.
Catatan:
Selain menyusunnya berdasarkan urutan ukuran botol, Anda juga bisa megurutkannya berdasarkan warna tutup botol.

Tujuan permainan ini;
  • Melatih motorik halus, yaitu melatih keletikan jari-jari anak sebagai persiapan menulis
  • Belajar mengurutkan benda berdasarkan ukuran/bentuknya
  • Belajar mengenal warna


4.      Puzzle

Alat dan Bahan
·          Cover buku atau majalah bekas dengan gambar menarik, dan gunting

Cara membuat
1.        Gunting gambar.
2.        Buat pola puzzle (misalnya dua keping, tiga keping, dan seterusnya disesuaikan usia dan kemampuan anak).
3.        Gunting pola puzzle tadi. Jadi, deh.

Tujuan permainan ini;
  • Melatih koordinasi mata dan tangan
  • Melatih konsentrasi
  • Melatih kemampuan anak dalam menyelesaikan masalah

5.      Papan Jahit

Alat dan Bahan
·           Kotak bekas kemasan (pilih Kotak dengan hard cover dan gambar menarik. Saya menggunakan kotak bekas kemasan tepung jagung)
 

·           Gunting
·           Pelubang kertas
·           Tali sepatu

Cara membuat
1.        Gunting kemasan yang akan digunakan.
2.        Lubangi sekeliling gambar tadi. Buat jarak antar lubang satu dengan lubang lainnya.

3.        Ambil tali sepatu dan mainkan papan jahitmu.

6.      Mencocokkan Bentuk Geometri

Alat dan bahan
·           Kardus bekas
·           Cutter/gunting
·           Penggaris
·           Spidol warna-warni
·           Kertas origami

Cara membuat
1.        Buat bentuk-bentuk geometri pada kertas origami (bisa juga menggunakan kain flanel bila ada).
2.        Jiplak bentuk geometri tadi pada kardus menggunakan spidol warna-warni (sesuaikan dengan warna kertas origami yang digunakan)
3.        Saatnya bermain. Minta anak mencari kepingan bentuk geometri, untuk diletakkan di atas pola kardus.

Tujuan permainan ini
ü  Mengenal bentuk geometri
ü  Mengenal warna

7.      Namaku

Alat dan bahan
·           Kertas aneka warna (bisa menggunakan karton, kertas origami, atau post it)
·           Spidol
·           Kertas HVS

Cara membuat
  1. Gunting kertas menjadi ukuran 4 x 4, kemudian tulis satu abjad huruf kecil, berukuran besar di setiap kertas. Buat sebanyak mungkin.
  2. Ambil kertas HVS, tulis nama anak dengan huruf kecil.
  3. Cara memainkannya, minta anak mencari huruf yang sesuai dengan tulisan namanya. Letakkan huruf-huruf dalam kertas tadi di bawah tulisan namanya.
Tujuan permainan ini
ü  Mengenalkan huruf abjad
ü  Mengenal kata, nama, dan nama-nama benda lainnya (sesuia dengan kata yang Bunda tuliskan di kertas HVS)

Seru ya, bermain dengan si kecil. Oiya, sebelum memulai permainan, buat kesepakatan tentang aturan bermain. Misalnya begini;
  • Aturan Main Bersama Bunda:
  • Waktu bermain hanya 15 menit
  • Ambil mainan secukupnya
  • Mainkan
  • Bereskan mainan setelah dimainkan 
Bunda bisa menambahkan atau mengurangi aturan main bila diperlukan. Membuat kesepakatan tentang lama bermain itu penting loh, Bun. Jangan sampai anak keasikan bermain dan tidak mau tidur/istirahat siang. Akibatnya anak bisa kelelahan, kurang minum, dan suhu tubuhnya meningkat alias panas, kemudian demam, dan sakit. Karena selain terkena infeksi, tubuh anak juga bisa demam karena kelelahan dan kekurangan cairan.


Untungnya saya selalu sedia Tempra Paracetamol Syrup di rumah. Bila anak mulai deman (ditandai dengan peningkatan suhu tubuh diatas 37 derajat celsius), saatnya meminumkan Tempra Syrup (untuk usia 4 – 5 tahun) sebanyak 7,5ml.

Baca aturan pakai yang tertera pada kemasan ya, Bun. Karena beda usia, beda pula dosis minumnya. Dosis yang tertera dalam kemasan menyebutkan,
  • Di bawah 2 tahun (sesuai petunjuk dokter, sebaiknya gunakan Tempra Drops)
  • Usia 2 – 2 tahun (5 ml)
  • Usia 4 – 5 tahun (7,5 ml)
  • Usia 6 – 8 tahun (10 ml atau gunakan Tempra Forte)


 Anak-anak suka aroma rasa anggur yang segar, sehingga memudahkan proses minum obat. Saya pun jatuh hati pada Tempra Paracetamol Syrup karena tidak mengandung alkohol, dan bekerja cepat meredakan demam. Setiap 5 ml Tempra Syrup mengandung 160 mg paracetamol yang ampuh. Anak ceria, siap bermain kembali.

“Bunda, yuk, main lagi!”

***


Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog Tempra yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan Network dan Taisho. Artikel ini ditulis berdasarkan pengalaman dan opini pribadi. Artikel ini tidak dapat menggantikan hasil konsultasi dengan tenaga kesehatan profesional.
Informasi Lomba. Klik di Sini