Rabu, 27 November 2013

Kejutan Gurita Merah


Prajurit istana laut mengumumkan bahwa seminggu lagi akan digelar pesta rakyat. Taman terumbu karang di alun-alun istana dipilih sebagai tempat digelarnya pesta yang rutin dirayakan setiap tahun itu.
Penghuni laut terlihat antusias. Mereka berbondong-bondong mendaftarkan diri untuk memeriahkan pentas seni. Ini adalah kesempatan untuk menghibur Raja Penyu yang akan hadir pada acara tersebut.
Pasukan Ikan Barakuda dibawah pengawasan Panglima Pari mulai membangun panggung. Dengan sigap Gurita Merah bersama penghuni laut lainnya ikut membantu. Dalam sekejap terumbu karang disulap menjadi panggung megah nan indah.
“Terima kasih atas bantuan kalian,” kata Panglima Pari sambil menundukkan wajahnya sebagai tanda hormat.

“Kami bangga bisa membantu, Panglima,“ jawab Gurita Merah diikuti anggukan teman-temanya.
          “Baiklah, sampai ketemu saat pesta nanti,” Panglima Pari meninggalkan terumbu karang diikuti Pasukan Barakuda.
***
Dua hari menjelang pesta, penghuni laut tampak sibuk. Namun Gurita Merah justru bingung. Dari balik batu besar, ia mengamati kegiatan teman-temannya di alun-alun istana.
Ubur-ubur, Putri Duyung, dan si kembar Ular Laut sedang latihan bersama. Sekelompok ikan berwarna cerah dan Ikan Lepu Ayam berjalan mondar-mandir dengan anggun sambil memamerkan sirip indahnya.
“Apa yang kau lakukan di sini, Guri?” Sapa Kuda Laut mengagetkan Gurita Merah.
“Eh, oh, hmm, aku... aku hanya ingin melihat-lihat,” sahut Gurita terbata.
“Ayo, bergabunglah dengan kami. Kita latihan bersama!” ajak Kuda Laut.
“Hmmm, tidak. Maaf, aku pulang dulu, ya,” Gurita meninggalkan Kuda Laut.
Di dalam rumahnya, Gurita Merah berjalan mondar-mandir. Sudah berkali-kali ia berlatih sulap, namun hasilnya tak sehebat saat ia tampil bersama Ubur-ubur dan Ular Laut di pesta rakyat tahun lalu.
Andai saja Ubur-ubur dan si kembar Ular masih mau bermain sulap bersamaku, keluh Gurita. Ia berjalan gontai menuju jendela, ditebarkan pandangannya ke halaman. Rumput laut  yang melambai menarik perhatiannya.
“Aha... aku ada ide.” Gurita melesat pergi dan kembali lagi dengan setumpuk rumput laut. Dengan cekatan ia memotong dan mengikat rumput laut, kemudian mengenakannya di kepala.
“Tapi... ini belum istimewa,” keluhnya saat mendapati bayangannya di cermin. Dengan geram dilahapnya helaian rambut palsu rumput laut yang menjuntai ke mulutnya.
“Hmmm... ini baru istimewa,” Gurita bersemangat mengunyah rumput laut. Ia kembali ke halaman untuk mengambil rumput laut, dan membawanya ke dapur.
Dengan cekatan Gurita menggunakan lengan-lengannya untuk memotong, mengaduk, memasak, dan menyajikan rumput laut menjadi makanan lezat dalam sekejap.
Keesokan harinya, Gurita kembali melatih kecepatan memasaknya. Ia pun menambah daftar menu makanan berbahan rumput laut yang akan disajikan pada saat pesta rakyat nanti.
Hari mulai gelap, namun Gurita masih saja sibuk di dapurnya. Saat semua penghuni laut terlelap, Gurita berhasil menyempurnakan masakannya. Ia pun bergegas menemui Panglima Pari untuk mendaftarakan diri di pertunjukan pentas seni.
“Ide kreatifmu sangat bagus. Tapi, kenapa baru sekarang mendaftar, padahal besok pagi acara akan dimulai,” kata Panglima Pari ragu.
“Maaf, Panglima, saya terlambat. Tapi... berilah saya kesempatan,” bujuk Gurita.
Panglima Pari tampak bingung, ia memanggil beberapa prajurit istana yang melintas saat berjaga malam. Panglima berbisik dan dijawab dengan anggukan prajurit.
“Baiklah, Guri, kami akan membuatkan panggung khusus untuk atraksimu besok,” Panglima Pari meluluskan permintaan Gurita Merah.
Gurita senang sekali. Ia tak sabar menunggu pagi untuk menunjukkan kejutan istimewanya untuk Raja Penyu dan teman-temannya.
***
            Pagi yang dinanti pun tiba. Dengan wajah berseri, penghuni laut berkumpul di alun-alun istana. Gegap gempita menyambut kedatangan Raja Penyu bersama pasukan Ikan Barakuda yang gagah.
Panggung terumbu karang kian semarak dengan penampilan penghuni laut. Tarian kolosal Ubur-ubur dipandu nyanyian Putri Duyung membuat seluruh hadirin berdecak kagum.
Penonton pun dimanjakan dengan keindahan warna-warni ikan hias yang dipimpin oleh Ikan Lepu Ayam. Mereka berjalan gemulai di atas panggung, bagaikan parade peragaan busana. Sekelompok Kuda Laut pun tampil memukau dengan senam massalnya, diakhiri dengan tarian akrobatik si kembar Ular Laut.
“Dan inilah penampilan terakhir. Mari kita sambut bersama, Gurita Meraaaah...,” pemandu acara mempersilahkan Guri. Seluruh penghuni laut berbisik penuh curiga.
“Aku tak pernah melihat Guri berlatih. Apa dia bisa sehebat kita?” celetuk Ubur-ubur.
“Aku pernah memergokinya mengintip kita berlatih. Dan dia menolak saat kuajak bergabung,” kata Kuda Laut.
“Ah... pasti dia akan melakukan atraksi sulap yang membosankan itu,” tebak Ular Laut.
“Sttt... jangan begitu, teman-teman. Apapun itu, hargailah usaha Guri,” bela Putri Duyung.
Di atas panggung, Guri mengenakan rambut palsu rumput lautnya. Membuat Raja Penyu dan penonton yang hadir tertawa geli. Guri mengeluarkan rumput laut, buah durian, nangka, dan susu cair untuk memasak.
“Rumput laut yang bergizi ini akan menjadi bahan utama makanan ini,” jelas Gurita Merah.
 “Aku tidak suka rumput laut,” bisik Ikan Lepu Ayam yang duduk di barisan penonton.
Guri mulai memasak. Cekatan dan sangat cepat. “Taraaa... selamat menikmati hidangan bergizi,” Guri merentangkan seluruh lengannya sambil membawa makanan.
Delapan menu dari rumput laut tersaji menggugah selera. Ada puding karamel, es krim, es campur, manisan, mie pangsit, bakwan, kripik, dan permen lolipop disajikan dengan bentuk yang indah.
Kecepatan memasak yang terlatih membuat Raja Penyu takjub. Rasa rumput laut yang nikmat, dengan tampilan lucu, membuat Raja Penyu melahap hingga tak bersisa. Guri pun mendapat  gelar kehormatan sebagai koki cerdas.
Ternyata Guri juga menyiapkan menu tersebut untuk seluruh penghuni laut yang hadir, termasuk teman-temanya.
“Masakanmu lezat, Guri,” puji Putri Duyung membuat Guri tersipu malu.
“Maafkan aku, Guri, karena meremehkanmu. Ternyata kamu lebih baik daripada aku,” sesal Ular Laut.
“Ya, aku bahkan tak membantumu, padahal kau menyiapkan ini semua untuk kami,” sambung Ubur-ubur.
“Aku memang ingin memberikan kejutan istimewa untuk kalian,” Gurita Merah tersenyum merentangkan lengan-lengannya.
Ubur-ubur, Ular Laut, Putri Duyung dan Kuda Laut merapat dalam lengan Guri, mereka berpelukan. Sejak saat itu, mereka tak pernah lagi meremehkan teman-temannya. Dan persahabatan mereka semakin erat.


***

Jumat, 13 September 2013

Jamu Tolak Sakit, Warisan Nenek Moyang Indonesia

“Dikit-dikit kok, minum obat,” kata Ibu saat melihat saya mencari obat untuk menghilangkan rasa nyeri di perut ketika haid. Ibu pun memberi segelas air berwarna kuning keruh kepada saya, “Minum ini saja! Jamu tolak sakit, dijamin manjur.”

Kata-kata ibu membuat saya tersenyum geli. Saya menurut saja, karena saya yakin Ibu selalu memberi yang terbaik untuk anak-anaknya. Aroma kunyit berpadu dengan asam jawa dan gula aren menciptakan rasa segar. Rupanya Ibu memberi saya jamu kunyit asam. Saya menyeduhnya dalam keadaan hangat, dan rasanya kian nikmat.

Meski tak langsung bereaksi sesaat setelah diminum, saya tetap merasakan ada perubahan yaitu, haid lancar tanpa rasa nyeri, dan tubuh terasa segar. Hmmm... Ibu memang benar, jamu tolak sakit racikannya manjur.

Setelah mencari data di internet, saya menemukan fakta bahwa kunyit dan asam dapat membuat darah lebih encer sehingga baik dikonsumsi bagi perempuan yang mengalami gangguan haid tidak lancar, dan perut mulas saat datang bulan.


Ibu saya mengkonsumsi jamu sejak remaja. Nenek selalu menyiapkan jamu-jamuan yang dibutuhkan Ibu hingga dewasa. Bahkan ketika sakit pun, Ibu hanya diberi jamu. Maklum saat itu tidak ada biaya untuk berobat ke dokter, dan syukurnya penyakit yang diderita Ibu kala itu dapat ditaklukkan hanya dengan jamu.

Diusianya yang tidak muda, Ibu masih terlihat cantik dan segar. Bahkan kini giliran Ibu yang mengajarkan saya membuat jamu tradisional untuk dikonsumsi sendiri. Saya pun menularkan kecintaan minum jamu kepada anak-anak yang masih Balita. Syukurnya mereka suka. Jamu kunyit asam, beras kencur, air jahe ditambah serai dengan gula aren selalu menjadi pilihan.

Jahe, serai dan gula aren berkhasiat menghangatkan badan dan mencegah radang tenggorokan

Meski tak ada aturan khusus minum jamu, saya membatasi konsumsi jamu untuk anak-anak. Saya membuat aturan sendiri, misalnya minum jamu hanya 200ml per hari, banyak minum air putih, dan memberi jeda cukup lama antara jam minum susu dengan minum jamu.
Jamu jahe, serai dicampur gula aren, dan jamu beras kencur kesukaan anak-anak

Jamu Rahasia Kecantikan
Ibu menularkan semangat minum jamu kepada saya. Kata Ibu, jamu adalah salah satu rahasia kecantikan perempuan. Menurutnya, jamu bisa membuat badan terasa segar, menghilangkan rasa lelah, menghilangkan bau badan yang tidak sedap, membuat wajah berseri, melangsingkan badan, bahkan bisa menjadikan hubungan suami-istri semakin harmonis.

Lagi-lagi saya tergoda dengan penuturan Ibu. Hingga rela meneguk jamu yang terkadang rasanya sepat dan agak getir. Karena melihat langsung proses pembuatannya di rumah, saya tidak ragu dengan kebersihannya. Semua saya lakukan demi memperoleh sejuta manfaat yang diidamkan para perempuan yang telah berumah tangga.


Bahan-bahan jamu kunyit asam, dan jamu kunyit asam kunci sirih

Saya juga mengikuti saran Ibu mengkonsumsi jamu yang terbuat dari kunyit, kunci, daun sirih, asam, gula aren, dan pinang muda. Setelah beberapa minggu mengkonsumsinya, saya merasa tubuh lebih ringan, dan keringat tidak apek. Teman-teman sering memuji tubuh saya yang terlihat lebih kurus. Senangnya, jamu bisa menolong saya menjalankan program mengurangi berat badan.

Ibu mengajarkan pada saya satu resep jamu tolak sakit lainnya, yaitu jamu mengkudu laos yang disingkat kudulaos. Saat mengolah buah mengkudu yang masak dengan laos, Ibu menambahkan beberapa siung bawang putih, dan gula aren.

Jamu mengkudu, laos, dan bawang putih

Aroma mengkudu yang kuat membuat saya meminum jamu kudulaos dalam keadaan dingin, yaitu dengan menambahkan sedikit es batu. Dengan begitu saya dapat menghabiskannya hingga tetes terakhir. Meski dalam keadaan dingin, saya tetap merasakan hangatnya perpaduan mengkudu, laos dan bawang putih di tenggorokan. Saya menyudahinya dengan meminum satu sendok makan madu secara terpisah.

Ayah saya berpotensi menderita diabetes yang diturunkan dari kakek dan nenek. Saya pun berpotensi diabetes. Selain mengatur pola makan yang sehat, mengkonsumsi mengkudu dapat mencegah diabetes. Berdasarkan literatur, mengkudu ternyata berkhasiat sebagai obat antihispertensi, sakit kuning, demam, influenza, batuk, sakit perut hingga dapat menghilangkan sisik pada kaki.

Beragam manfaat jamu tolak sakit yang menggiurkan itu saya peroleh dari pengalaman Ibu yang tetap tampil segar di usia tuanya. Meski belum ada penelitian yang bisa menyatakan kebenaran jamu tersebut bagi kecantikan perempuan, saya tetap percaya dan rajin mengkonsumsi jamu tradisional warisan nenek moyang Bangsa Indonesia.
             
Penjual Jamu Keliling
Penjual jamu keliling selalu melintasi rumah kami yang berada di kawasan padat penduduk. Penjualnya bukanlah perempuan berkebaya dengan kain jarik yang menggendong jamu. Tetapi menggunakan keranjang atau rombong yang dipasang pada sepeda motor. Bahkan penjualnya juga laki-laki.

Kehadiran penjual jamu keliling sangat membantu pecinta jamu yang tidak sempat membuat jamu sendiri. Tidak hanya kaum ibu yang menyerbunya, tapi juga kepala rumah tangga, dan anak-anak. Tentu saja mereka mencari jamu yang sesuai dengan kebutuhan, misalnya kaum ibu mencari jamu sehat perempuan, bapak-bapak mencari jamu sehat lelaki, ada juga jamu untuk menghilangkan capai.

Anak-anak tak kalah seru minta segera dilayani. Biasanya mereka memesan jamu kemasan sachet anak sehat dicampur dengan jamu kunyit, ada juga yang memesan jamu beras kecur.
Penjual jamu yang ramah, pandai sekali mencuri perhatian anak-anak. 

Selain menambahkan air jahe dan gula jawa sebagai bonus, mereka juga memberi sebuah permen. Rasa jamu yang cocok di lidah anak ditambah hadiah sebutir permen membuat anak-anak selalu ketagihan minta dibelikan jamu.

Meski kita telah mengetahui manfaat jamu bagi kesehatan, namun saya tetap harus wapada saat mengkonsumsi jamu yang dijual bebas. Karena masih ada jamu yang dioplos dengan bahan kimia obat yang justru membahayakan kesehatan.

Hati-hati saat membeli jamu dengan membaca komposisi yang tertulis pada kemasan. Apakah jamu tersebut sudah terdaftar di Badan Pengawasan Obat dan Makanan? Serta membaca dengan teliti aturan mengkonsumsinya. Saya juga selalu memerhatikan bagaimana penjual jamu menjajakan dagangannya. Bisa dilihat dari penampilannya serta dagangan yang bersih, dan seterusnya.
           
Lestarikan Jamu Tradisional
Khasiat jamu yang terbukti ampuh mencegah dan mengobati penyakit tertentu, membuat jamu dipilih sebagai alternatif pengobatan yang aman. Majunya perkembangan teknologi dapat dimanfaatkan untuk mendukung penelitian tanaman obat dan jamu yang dikeluarkan oleh lembaga terpercaya, seharusnya mampu mengungkap khasiat jamu yang aman secara medis dan khasiatnya bagi kesehatan.

Diperlukan ketelatenan untuk dapat menciptakan jamu yang nyaman di lidah dan aman di lambung. Berbagai penelitian dan uji coba untuk mendapatkan formula tersebut harus terus dilakukan, termasuk berapa takaran mengkonsumsi jamu tradisional. Meski terkenal sebagai minuman tanpa efek samping, bukan berarti kita bisa mengkonsumsi jamu seenaknya, kan.

Berdasarkan data WHO, sekitar 80 persen dari penduduk di beberapa negara Asia dan Afrika menggunakan obat tradisional untuk mengatasi masalah kesehatan. Di banyak negara maju, 70% sampai 80% dari masyarakatnya telah menggunakan beberapa bentuk pengobatan komplementer atau alternatif dan obat herbal. 

Hal ini membuktikan bahwa obat tradisional atau yang lebih populer dengan sebutan jamu, telah memberikan dampak positif bagi kesehatan manusia.  Jamu dapat mencegah tercetusnya penyakit, sekaligus mengobati penyakit tersebut. Fungsi lain dari jamu adalah menjaga kebugaran, kecantikan dan meningkatkan stamina tubuh.

Jamu sebagai warisan nenek moyang Bangsa Indonesia selalu menjadi primadona di tanah air, harusnya mampu menembus pasar dunia yang saat ini memilih obat-obatan herbal. Proses pembuatan jamu tradisional terlihat rumit, bahan-bahannya pun terkadang sulit ditemukan membuat masyarakat moderen memilih jamu kemasan. Mereka tetap bisa menikmati sejuta manfaat jamu bagi kesehatan. Kenyataan ini harusnya menjadi peluang bisnis yang menggiurkan bagi produsen jamu.

Produsen jamu yang baik harus memperhatikan kesegaran bahan baku yang digunakan, mesin produksi yang higienis, dan memenuhi standar kebersihan dan kesehatan melalui berbagai pihak yang berwenang, misalnya BPOM dan MUI. Hal yang terpenting yaitu, mencantumkan tanggal kadaluarsa produk dengan jelas, melampirkan cara dan aturan minum jamu yang benar.

Kampanye gerakan sehat minum jamu harus terus dilestarikan. Sehingga jamu sebagai warisan budaya nenek moyang terus terjaga dan bertahan meski zaman berubah. Tidak menutup kemungkinan budaya minum jamu tradisional khas Indonesia dapat termasyur hingga ke penjuru dunia.

Kita patut bangga karena negara kita memiliki kekayaan budaya yang berlimpah. Mulai dari ragam suku, bahasa dan budaya yang unik, beragam kerajinan tangan berupa batik yang sudah dikenal dunia. Giliran jamu tradisional Indonesia yang berkhasiat menolak penyakit yang harus dipublikasikan.

Saya yakin, suatu hari nanti Indonesia bisa menjadi negara rujukan pengetahuan herbal melalui jamu tradisionalnya yang khas. Dan kita akan menjadi bagian penting dari sejarah itu, karena kita hari ini telah berupaya melestarikan jamu sebagai budaya Indonesia, warisan nenek moyang.
***

Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Penulisan Artikel jamu di Blog dengan tema “Lestarikan Jamu sebagai Budaya Indonesia”.

Referensi

Senin, 09 September 2013

Sulap Kacang Hijau

 
Naskah cerita anak ini saya tulis dengan font times new roman, ukuran 12, spasi 1,5 sepanjang tiga halaman, dan dikirm ke e-mail kru_ummi@yahoo.com tanggal 22 Maret 2013. Jawaban pernyataan layak dimuat, saya terima tanggal 23 April 2013. Kemudian tanggal 29 Mai 2013 saya dikabari lagi bahwa cernak tersebut akan dimuat di UMMI edisi Juli 2013. Majalah bukti terbit saya terima awal Juli 2013, dan honor sebesar Rp150.000,- ditransfer ke rekening. Oiya, saat mengirimkan cernak, saya melampirkan scan KTP dan NPWP.


Sulap Kacang Hijau
Oleh Dwi Rahmawati

Pagi itu, Nisa bangun lebih awal dari biasanya. Ia bergegas menghampiri ibunya yang sedang menyiapkan sarapan di dapur.
“Tumben Nisa bangun pagi sekali?,” tanya ibu sambil melirik jam dinding di dapur yang masih menunjukkan pukul 5.30 pagi.
“Nisa harus cepat berangkat ke sekolah. Ayo bu, bantu Nisa mandi dan pakai seragam!,” pinta Nisa tak sabar.
Setelah mandi dan mengenakan seragam TK, Nisa bersama ayah dan Kak Nina sarapan bersama. Ibu menyiapkan menu khusus pagi itu, selain nasi goreng dengan telur mata sapi, ada camilan kacang hijau goreng.
“Bu... ini apa? Rasanya manis dan enak, tapi kok ada kacang hijaunya?,” tanya Nisa sambil mengambil sebuah gorengan dan menggigitnya. Sesekali Nisa menbaui aroma kacang hijau.
“Itu kacang hijau goreng. Terbuat dari kacang hijau yang direbus kemudian dihaluskan dengan gula. Setelah itu dibuat menjadi bola-bola, dicelupkan ke dalam adonan tepung, telur, dan air. Terus digoreng sampai kekuningan.” Ibu menjelaskan.
“Nanti kami akan panen kacang hijau di kebun sekolah. Setelah panen, kami akan memasak bersama. Nisa akan bilang pada ibu guru di sekolah supaya kacang hijaunya dibuat gorengan seperti ini saja ya bu.”
Ibu mengangguk sambil tersenyum, “Ayo habiskan sarapannya, supaya kuat dan bisa panen kacang hijau.”
“Bu, nanti Nisa bawa tas selempang yang diisi botol air putih saja. Tidak usah pakai tas ransel yang ada buku dan pensilnya, kami kan mau praktik memasak”. Pinta Nisa.
Nisa memiliki beberapa tas yang biasa ia gunakan ke sekolah. Dia paling sering menggunakan tas ransel yang berisi buku dan perlengkapan menulis.
“Kalau begitu ibu tambahkan handuk kecil ya, untuk mengelap keringat Nisa.” Kata ibu.
Nisa mengacungkan ibu jarinya tanda setuju. Setelah itu ia berpamitan berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki, karena jaraknya sangat dekat dengan rumah.
***
Siangnya, sepulang sekolah Nisa tampak bersemangat. Ia berjalan bersama Iis dan Lia teman sekelas yang tinggal tak jauh dari rumahnya.
“Seru ya panen kacang hijau tadi. Ini pengalaman pertamaku memetik kacang hijau.” Kata Lia.
“Tapi yang paling seru waktu kita masak bubur kacang hijau. Memeras santan dan menyiapkan gula merah. Sebenarnya aku paling suka menghisap gula merah, rasanya manis seperti permen.” Sambung Lia.
“O... jadi kamu yang makan gula merahnya, pantas saja buburnya kurang manis.” Jawab Nisa disambut dengan gelak tawa ketiganya.
“Teman-teman, jangan lupa sulap kacang hijaunya ya. Harus jadi hidangan unik.” Iis mengingatkan.
Setelah panen, ibu guru membagikan setengah kilo kacang hijau kepada setiap murid Taman Kanak-kanak di kelas B tempat Nisa, Lia, Iis bersama teman-teman lainnya belajar. Mereka mendapat tugas menyulap kacang hijau tersebut menjadi masakan kesukaan mereka. Dan membawanya ke sekolah tiga hari kemudian.
“Aha... aku mau buat puding kacang hijau. Mamaku paling jago kalau buat puding.” Kata Lia.
“Aku mau buat susu kacang hijau, aku kan suka minum susu.” Kata Iis.
“Susu... dari kacang hijau... memangnya bisa?,” Tanya Nisa keheranan memandangi Iis, demikian pula dengan Lia.
“Namanya juga sulap, ya pasti bisa dong. Tiga hari lagi aku bawakan susu kacang hijau untuk kalian ya.” Iis tersenyum.
“Kamu mau buat sulap apa?,” tanya Iis pada Nisa.
“Bola-bola kacang hijau goreng.”
“Kacang hijau di goreng...?,” Iis dan Lia bersamaan.
“Ya... namanya juga sulap.” Nisa membalas penuh kemenangan.
“Teman-teman, aku duluan!.” pamit Nisa yang tiba lebih dulu di rumahnya. Iis dan Lia melambaikan tangan pada Nisa sebelum mereka berpisah.
***
Dua hari kemudian. Sore itu sangat cerah, Nisa dan ibunya tampak asyik menyiram tanaman di halaman depan. Tiba-tiba Nisa teringat tugas yang diberikan oleh bu guru beberapa waktu lalu.
Nisa bergegas menuju kamar. Ia segera menemukan tas selempang yang berisi kacang hijau tergantung di dekat jendela kamar. Nisa tampak panik saat mengetahui tasnya basah. Rupanya air merembes dari tutup termos yang tidak erat hingga membasahi handuk yang digunakan untuk membungkus kacang hijau.
Betapa terkejutnya Nisa melihat kacang hijaunya sudah berubah. Ia segera membawanya pada ibu.
“Tenang nak, ini masih bisa diolah menjadi hidangan sedap.” Kata ibu setelah mendengar penuturan Nisa.
“Tapi kenapa kacang hijaunya jadi begini, bu?,” tanya Nisa penasaran.
“Ini namanya kecambah atau tauge, tunas muda dari biji kacang hijau yang disimpan di tempat basah, dan terkena sinar matahari. Kalau di semai di tanah, kecambah akan tumbuh menjadi tanaman kacang hijau,” Ibu menjelaskan.
“Kacang yang dikecambahkan mengandung vitamin A, B, dan C tiga kali lipat lebih banyak. Kandungan protein kecambah lebih tinggi bila dibandingkan dengan kandungan protein dalam biji kacang aslinya.” Sambung ibu, disambut dengan anggukan kepala Nisa.

***
Keesokan harinya. Tiba giliran Nisa maju ke depan kelas. Sebelum membuka kotak berisi makanan, ia menceritakan perubahan kacang hijaunya yang menjadi tauge. Kemudian dia mengeluarkan menu yang diolah dengan menambahkan tauge. Bola-bola tauge goreng. Ibu membuat adonan bakso dicampur tauge, kemudian menggorengnya. Ibu juga membuatkan saus dari tomat segar yang dihancurkan dan ditumis dengan bawang putih.
Ibu guru dan teman-teman bertepuk tangan. Pengalaman Nisa dengan kacang hijaunya adalah sulap yang paling unik. Dan menu makanan yang disajikan Nisa juga sangat lezat dan bergizi. Nisa sangat senang. Tiba-tiba ia teringat ibu yang telah membantunya. Terima kasih, Bu. Nisa sayang Ibu, bisik Nisa dalam hati.

Sabtu, 24 Agustus 2013

Haluskan Kulit dengan Ramuan Tradisional dari Beras

Hamparan padi yang menguning bagai permadani adalah pemandangan yang menyejukkan. Beberapa pelukis mengabadikannya dalam kanvas, dan para kolektor lukisan memburunya. Sebagian meyakini bahwa memajang lukisan hamparan padi yang melambangkan kemakmuran tersebut dapat memperbaiki aura ruangan atau rumah.

Padi yang menguning artinya siap dipanen, dan digiling menjadi beras. Saya langsung membayangkan beras baru yang bila dimasak akan menjadi nasi hangat yang putih, dan pulen. Hmmm... apapun lauknya, pasti akan terasa nikmat.

Uniknya, di daerah tempat tinggal saya, beras tidak saja dimanfaatkan sebagai makanan pokok yang menjadi sumber karbohidrat utama. Beras dapat disulap menjadi ramuan tradisional untuk perawatan kulit di wajah, tangan, dan kaki. Kandungan vitamin B yang terkandung dalam beras berfungsi menjaga kelembaban kulit.

Punya masalah dengan kulit wajah yang berminyak? Ramuan yang terbuat dari beras ini mampu menyedot minyak berlebih di wajah. Kulit pun menjadi halus. Penasaran, kan?

Beras sebagai bahan baku utama

Bedak dingin atau pupur dingin begitulah kami menyebutnya. Ramuan tradisional tersebut terbuat dari beras yang direndam dalam air selama dua malam. Beras yang telah direndam tadi ditiriskan, kemudian dihaluskan. Bisa ditambahkan kulit kayu bangkal untuk menghasilkan warna kuning sebagai pewarna alami, serta aroma yang khas.

Adonan tepung beras dan rempah kulit kayu kemudian dibentuk menjadi bulatan kecil, dan dijemur di bawah sinar matahari. Gunakan pelindung agar adonan pupur dingin tidak terpapar sinar matahari secara langsung. Hal ini  bisa menyebabkan pupur dingin pecah saat kering.

Butiran pupur dingin
Cara menggunakan pupur dingin adalah, letakkan butiran pupur pada wadah, tuangkan sedikit air, aduk hingga pupur mencair, oleskan pada kulit wajah, tangan, dan kaki. Biarkan mengering.

Ramuan tradisional pupur dingin dapat mengangkat kulit mati sehingga kulit baru muncul. Kulit menjadi segar, cerah, dan bercahaya. Caranya, basahi telapak tangan dengan sedikit air, gosok dengan pelan, dan lembut permukaan kulit yang telah dibalur pupur dingin yang telah kering tadi.

Kulit mati dan debu yang menempel akan terkelupas bersama pupur dingin. Bilas dengan air bersih, dan keringkan. Rasakan betapa halusnya kulit setelah memakai pupur dingin.

Dahulu perempuan memakai pupur dingin ketika pergi ke ladang, bahkan saat keluar rumah sekedar berbelanja ke warung terdekat. Pupur yang memberikan sensasi dingin dan segar saat digunakan itu juga berfungsi melindungi kulit dari sengatan sinar matahari. 

Sebagian perempuan masih menggunakan pupur dingin, namun tidak memakainya saat keluar rumah. Tampil cantik dengan ramuan tradisional dari beras, kenapa nggak? Sekaligus melestarikan warisan budaya.

Di antara hamparan padi

Sekilas tentang padi
Padi (bahasa latin: Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar. Padi diduga berasal dari India atau Indocina dan masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang migrasi dari daratan Asia sekitar 1500 SM. [1]


Tulisan ini diikutsertakan dalam ‘Give Away Aku dan Pohon'.

Senin, 29 Juli 2013

[BodrexJuaranyaCepat] Bodrex Redakan Sakit Kepala saat Perjalanan

Sakit kepala sekilas terdengar sepele namun bila Anda mengalaminya ternyata sakitnya cukup menyiksa. Sakit kepala menyerang siapa saja, bahkan bagi sebagian orang penyakit ini menjadi hal yang rutin dihadapi dalam hidupnya. Kepala nyut-nyutan dan terasa sakit, membuat kita tak berdaya dan tidak bisa menyelesaikan aktivitas saat itu karena tidak dapat berkonsentrasi.

Segera tidur, itulah yang saya lakukan kemudian, lumayan bisa mengusir rasa sakit di kepala. Tapi bagaimana ketika sakit kepala menyerang saat kita bekerja di kantor atau sedang bepergian atau beraktivitas di luar rumah? Tidur, tentu bukan cara yang efektif. Dan bila dibiarkan begitu saja tanpa segera diobati, rasa sakit kepala kian menyiksa.

Saya pernah mengalami sakit kepala saat sedang berlibur keluar kota bersama keluarga tercinta. Hampir saja liburan yang sudah saya rancang jauh-jauh hari tersebut terancam gagal. Perjalanan dari Samarinda menuju Jombang yang melalui kota Balikpapan dan Surabaya yang seharusnya menyenangkan tidak bisa saya nikmati dengan nyaman. Apalagi saya membawa dua anak yang masih Balita.

Jumat, 31 Mei 2013

IIDN, Pintu Menuju Dunia Penulis

“Kalau mau nulis, ya nulis saja,” kata Pramudya Ananta Toer saat A.S. Laksana menanyakan padanya, Bagaimana cara menulis bagus? Penggalan wawancara A.S Laksana pada tahun 1993 untuk tabloid DeTIK itu, 
sangat menginspirasi saya.

Saya pun mulai rajin menulis. Saat mengajar di sebuah taman kanak-kanak, kami memiliki kegiatan home visit, yaitu mengunjungi kediaman anak didik setiap enam bulan sekali atau satu semester. Kunjungan yang bertujuan untuk memantau perkembangan anak didik dengan mengamati kegiatan mereka selama berada di rumah, juga menjadi ajang silaturahmi dengan orangtua murid. Hasil wawancara kemudian diserahkan kepada kepala sekolah dalam bentuk laporan.

Laporan hasil kunjungan yang saya buat saat itu berbeda dari biasanya. Saya meramu hasil wawancara dalam bentuk deskripsi narasi dengan gaya cerita bertutur, mencetak di kertas ukuran A5, menomori jumlah halaman, dan menjilid layaknya sebuah buku. Kawan-kawan sesama guru senang membaca laporan yang tidak biasa itu, bahkan kepala sekolah sangat menikmati kisah perjalanan home visit saya.

[Resensi Buku] Menari Bersama Hiu

Judul          : Menari Bersama Hiu
Penulis       : Sri Wahyuti
Penerbit      : Tiga Ananda 
Tebal buku  : 63 halaman
Cetakan      : I, Februari 2013
ISBN          : 978-602-7690-67-7

Cerita ini unik, karena mengangkat latar belakang kehidupan nelayan di perairan Karimunjawa. Imran, tokoh utamanya adalah anak seorang nelayan yang hidup sederhana. Saat membuka bab pertama, penulis mulai membangun konflik cerita.

... Kalau boleh memilih, ia lebih suka berada di pantai seharian. Menurutnya, sekolah bukan tempat yang menyenangkan. Di sana ia tidak memimiliki teman. ... (hal. 6 -8)

Hati saya tersentuh saat membaca paragraf ini.
Imran membuka tudung saji. Sepiring nasi aking dengan lauk ikan asin dan sambal terasi. Tak lupa Imran berdoa. (hal.11)