Jumat, 13 September 2013

Jamu Tolak Sakit, Warisan Nenek Moyang Indonesia

“Dikit-dikit kok, minum obat,” kata Ibu saat melihat saya mencari obat untuk menghilangkan rasa nyeri di perut ketika haid. Ibu pun memberi segelas air berwarna kuning keruh kepada saya, “Minum ini saja! Jamu tolak sakit, dijamin manjur.”

Kata-kata ibu membuat saya tersenyum geli. Saya menurut saja, karena saya yakin Ibu selalu memberi yang terbaik untuk anak-anaknya. Aroma kunyit berpadu dengan asam jawa dan gula aren menciptakan rasa segar. Rupanya Ibu memberi saya jamu kunyit asam. Saya menyeduhnya dalam keadaan hangat, dan rasanya kian nikmat.

Meski tak langsung bereaksi sesaat setelah diminum, saya tetap merasakan ada perubahan yaitu, haid lancar tanpa rasa nyeri, dan tubuh terasa segar. Hmmm... Ibu memang benar, jamu tolak sakit racikannya manjur.

Setelah mencari data di internet, saya menemukan fakta bahwa kunyit dan asam dapat membuat darah lebih encer sehingga baik dikonsumsi bagi perempuan yang mengalami gangguan haid tidak lancar, dan perut mulas saat datang bulan.


Ibu saya mengkonsumsi jamu sejak remaja. Nenek selalu menyiapkan jamu-jamuan yang dibutuhkan Ibu hingga dewasa. Bahkan ketika sakit pun, Ibu hanya diberi jamu. Maklum saat itu tidak ada biaya untuk berobat ke dokter, dan syukurnya penyakit yang diderita Ibu kala itu dapat ditaklukkan hanya dengan jamu.

Diusianya yang tidak muda, Ibu masih terlihat cantik dan segar. Bahkan kini giliran Ibu yang mengajarkan saya membuat jamu tradisional untuk dikonsumsi sendiri. Saya pun menularkan kecintaan minum jamu kepada anak-anak yang masih Balita. Syukurnya mereka suka. Jamu kunyit asam, beras kencur, air jahe ditambah serai dengan gula aren selalu menjadi pilihan.

Jahe, serai dan gula aren berkhasiat menghangatkan badan dan mencegah radang tenggorokan

Meski tak ada aturan khusus minum jamu, saya membatasi konsumsi jamu untuk anak-anak. Saya membuat aturan sendiri, misalnya minum jamu hanya 200ml per hari, banyak minum air putih, dan memberi jeda cukup lama antara jam minum susu dengan minum jamu.
Jamu jahe, serai dicampur gula aren, dan jamu beras kencur kesukaan anak-anak

Jamu Rahasia Kecantikan
Ibu menularkan semangat minum jamu kepada saya. Kata Ibu, jamu adalah salah satu rahasia kecantikan perempuan. Menurutnya, jamu bisa membuat badan terasa segar, menghilangkan rasa lelah, menghilangkan bau badan yang tidak sedap, membuat wajah berseri, melangsingkan badan, bahkan bisa menjadikan hubungan suami-istri semakin harmonis.

Lagi-lagi saya tergoda dengan penuturan Ibu. Hingga rela meneguk jamu yang terkadang rasanya sepat dan agak getir. Karena melihat langsung proses pembuatannya di rumah, saya tidak ragu dengan kebersihannya. Semua saya lakukan demi memperoleh sejuta manfaat yang diidamkan para perempuan yang telah berumah tangga.


Bahan-bahan jamu kunyit asam, dan jamu kunyit asam kunci sirih

Saya juga mengikuti saran Ibu mengkonsumsi jamu yang terbuat dari kunyit, kunci, daun sirih, asam, gula aren, dan pinang muda. Setelah beberapa minggu mengkonsumsinya, saya merasa tubuh lebih ringan, dan keringat tidak apek. Teman-teman sering memuji tubuh saya yang terlihat lebih kurus. Senangnya, jamu bisa menolong saya menjalankan program mengurangi berat badan.

Ibu mengajarkan pada saya satu resep jamu tolak sakit lainnya, yaitu jamu mengkudu laos yang disingkat kudulaos. Saat mengolah buah mengkudu yang masak dengan laos, Ibu menambahkan beberapa siung bawang putih, dan gula aren.

Jamu mengkudu, laos, dan bawang putih

Aroma mengkudu yang kuat membuat saya meminum jamu kudulaos dalam keadaan dingin, yaitu dengan menambahkan sedikit es batu. Dengan begitu saya dapat menghabiskannya hingga tetes terakhir. Meski dalam keadaan dingin, saya tetap merasakan hangatnya perpaduan mengkudu, laos dan bawang putih di tenggorokan. Saya menyudahinya dengan meminum satu sendok makan madu secara terpisah.

Ayah saya berpotensi menderita diabetes yang diturunkan dari kakek dan nenek. Saya pun berpotensi diabetes. Selain mengatur pola makan yang sehat, mengkonsumsi mengkudu dapat mencegah diabetes. Berdasarkan literatur, mengkudu ternyata berkhasiat sebagai obat antihispertensi, sakit kuning, demam, influenza, batuk, sakit perut hingga dapat menghilangkan sisik pada kaki.

Beragam manfaat jamu tolak sakit yang menggiurkan itu saya peroleh dari pengalaman Ibu yang tetap tampil segar di usia tuanya. Meski belum ada penelitian yang bisa menyatakan kebenaran jamu tersebut bagi kecantikan perempuan, saya tetap percaya dan rajin mengkonsumsi jamu tradisional warisan nenek moyang Bangsa Indonesia.
             
Penjual Jamu Keliling
Penjual jamu keliling selalu melintasi rumah kami yang berada di kawasan padat penduduk. Penjualnya bukanlah perempuan berkebaya dengan kain jarik yang menggendong jamu. Tetapi menggunakan keranjang atau rombong yang dipasang pada sepeda motor. Bahkan penjualnya juga laki-laki.

Kehadiran penjual jamu keliling sangat membantu pecinta jamu yang tidak sempat membuat jamu sendiri. Tidak hanya kaum ibu yang menyerbunya, tapi juga kepala rumah tangga, dan anak-anak. Tentu saja mereka mencari jamu yang sesuai dengan kebutuhan, misalnya kaum ibu mencari jamu sehat perempuan, bapak-bapak mencari jamu sehat lelaki, ada juga jamu untuk menghilangkan capai.

Anak-anak tak kalah seru minta segera dilayani. Biasanya mereka memesan jamu kemasan sachet anak sehat dicampur dengan jamu kunyit, ada juga yang memesan jamu beras kecur.
Penjual jamu yang ramah, pandai sekali mencuri perhatian anak-anak. 

Selain menambahkan air jahe dan gula jawa sebagai bonus, mereka juga memberi sebuah permen. Rasa jamu yang cocok di lidah anak ditambah hadiah sebutir permen membuat anak-anak selalu ketagihan minta dibelikan jamu.

Meski kita telah mengetahui manfaat jamu bagi kesehatan, namun saya tetap harus wapada saat mengkonsumsi jamu yang dijual bebas. Karena masih ada jamu yang dioplos dengan bahan kimia obat yang justru membahayakan kesehatan.

Hati-hati saat membeli jamu dengan membaca komposisi yang tertulis pada kemasan. Apakah jamu tersebut sudah terdaftar di Badan Pengawasan Obat dan Makanan? Serta membaca dengan teliti aturan mengkonsumsinya. Saya juga selalu memerhatikan bagaimana penjual jamu menjajakan dagangannya. Bisa dilihat dari penampilannya serta dagangan yang bersih, dan seterusnya.
           
Lestarikan Jamu Tradisional
Khasiat jamu yang terbukti ampuh mencegah dan mengobati penyakit tertentu, membuat jamu dipilih sebagai alternatif pengobatan yang aman. Majunya perkembangan teknologi dapat dimanfaatkan untuk mendukung penelitian tanaman obat dan jamu yang dikeluarkan oleh lembaga terpercaya, seharusnya mampu mengungkap khasiat jamu yang aman secara medis dan khasiatnya bagi kesehatan.

Diperlukan ketelatenan untuk dapat menciptakan jamu yang nyaman di lidah dan aman di lambung. Berbagai penelitian dan uji coba untuk mendapatkan formula tersebut harus terus dilakukan, termasuk berapa takaran mengkonsumsi jamu tradisional. Meski terkenal sebagai minuman tanpa efek samping, bukan berarti kita bisa mengkonsumsi jamu seenaknya, kan.

Berdasarkan data WHO, sekitar 80 persen dari penduduk di beberapa negara Asia dan Afrika menggunakan obat tradisional untuk mengatasi masalah kesehatan. Di banyak negara maju, 70% sampai 80% dari masyarakatnya telah menggunakan beberapa bentuk pengobatan komplementer atau alternatif dan obat herbal. 

Hal ini membuktikan bahwa obat tradisional atau yang lebih populer dengan sebutan jamu, telah memberikan dampak positif bagi kesehatan manusia.  Jamu dapat mencegah tercetusnya penyakit, sekaligus mengobati penyakit tersebut. Fungsi lain dari jamu adalah menjaga kebugaran, kecantikan dan meningkatkan stamina tubuh.

Jamu sebagai warisan nenek moyang Bangsa Indonesia selalu menjadi primadona di tanah air, harusnya mampu menembus pasar dunia yang saat ini memilih obat-obatan herbal. Proses pembuatan jamu tradisional terlihat rumit, bahan-bahannya pun terkadang sulit ditemukan membuat masyarakat moderen memilih jamu kemasan. Mereka tetap bisa menikmati sejuta manfaat jamu bagi kesehatan. Kenyataan ini harusnya menjadi peluang bisnis yang menggiurkan bagi produsen jamu.

Produsen jamu yang baik harus memperhatikan kesegaran bahan baku yang digunakan, mesin produksi yang higienis, dan memenuhi standar kebersihan dan kesehatan melalui berbagai pihak yang berwenang, misalnya BPOM dan MUI. Hal yang terpenting yaitu, mencantumkan tanggal kadaluarsa produk dengan jelas, melampirkan cara dan aturan minum jamu yang benar.

Kampanye gerakan sehat minum jamu harus terus dilestarikan. Sehingga jamu sebagai warisan budaya nenek moyang terus terjaga dan bertahan meski zaman berubah. Tidak menutup kemungkinan budaya minum jamu tradisional khas Indonesia dapat termasyur hingga ke penjuru dunia.

Kita patut bangga karena negara kita memiliki kekayaan budaya yang berlimpah. Mulai dari ragam suku, bahasa dan budaya yang unik, beragam kerajinan tangan berupa batik yang sudah dikenal dunia. Giliran jamu tradisional Indonesia yang berkhasiat menolak penyakit yang harus dipublikasikan.

Saya yakin, suatu hari nanti Indonesia bisa menjadi negara rujukan pengetahuan herbal melalui jamu tradisionalnya yang khas. Dan kita akan menjadi bagian penting dari sejarah itu, karena kita hari ini telah berupaya melestarikan jamu sebagai budaya Indonesia, warisan nenek moyang.
***

Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Penulisan Artikel jamu di Blog dengan tema “Lestarikan Jamu sebagai Budaya Indonesia”.

Referensi

Senin, 09 September 2013

Sulap Kacang Hijau

 
Naskah cerita anak ini saya tulis dengan font times new roman, ukuran 12, spasi 1,5 sepanjang tiga halaman, dan dikirm ke e-mail kru_ummi@yahoo.com tanggal 22 Maret 2013. Jawaban pernyataan layak dimuat, saya terima tanggal 23 April 2013. Kemudian tanggal 29 Mai 2013 saya dikabari lagi bahwa cernak tersebut akan dimuat di UMMI edisi Juli 2013. Majalah bukti terbit saya terima awal Juli 2013, dan honor sebesar Rp150.000,- ditransfer ke rekening. Oiya, saat mengirimkan cernak, saya melampirkan scan KTP dan NPWP.


Sulap Kacang Hijau
Oleh Dwi Rahmawati

Pagi itu, Nisa bangun lebih awal dari biasanya. Ia bergegas menghampiri ibunya yang sedang menyiapkan sarapan di dapur.
“Tumben Nisa bangun pagi sekali?,” tanya ibu sambil melirik jam dinding di dapur yang masih menunjukkan pukul 5.30 pagi.
“Nisa harus cepat berangkat ke sekolah. Ayo bu, bantu Nisa mandi dan pakai seragam!,” pinta Nisa tak sabar.
Setelah mandi dan mengenakan seragam TK, Nisa bersama ayah dan Kak Nina sarapan bersama. Ibu menyiapkan menu khusus pagi itu, selain nasi goreng dengan telur mata sapi, ada camilan kacang hijau goreng.
“Bu... ini apa? Rasanya manis dan enak, tapi kok ada kacang hijaunya?,” tanya Nisa sambil mengambil sebuah gorengan dan menggigitnya. Sesekali Nisa menbaui aroma kacang hijau.
“Itu kacang hijau goreng. Terbuat dari kacang hijau yang direbus kemudian dihaluskan dengan gula. Setelah itu dibuat menjadi bola-bola, dicelupkan ke dalam adonan tepung, telur, dan air. Terus digoreng sampai kekuningan.” Ibu menjelaskan.
“Nanti kami akan panen kacang hijau di kebun sekolah. Setelah panen, kami akan memasak bersama. Nisa akan bilang pada ibu guru di sekolah supaya kacang hijaunya dibuat gorengan seperti ini saja ya bu.”
Ibu mengangguk sambil tersenyum, “Ayo habiskan sarapannya, supaya kuat dan bisa panen kacang hijau.”
“Bu, nanti Nisa bawa tas selempang yang diisi botol air putih saja. Tidak usah pakai tas ransel yang ada buku dan pensilnya, kami kan mau praktik memasak”. Pinta Nisa.
Nisa memiliki beberapa tas yang biasa ia gunakan ke sekolah. Dia paling sering menggunakan tas ransel yang berisi buku dan perlengkapan menulis.
“Kalau begitu ibu tambahkan handuk kecil ya, untuk mengelap keringat Nisa.” Kata ibu.
Nisa mengacungkan ibu jarinya tanda setuju. Setelah itu ia berpamitan berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki, karena jaraknya sangat dekat dengan rumah.
***
Siangnya, sepulang sekolah Nisa tampak bersemangat. Ia berjalan bersama Iis dan Lia teman sekelas yang tinggal tak jauh dari rumahnya.
“Seru ya panen kacang hijau tadi. Ini pengalaman pertamaku memetik kacang hijau.” Kata Lia.
“Tapi yang paling seru waktu kita masak bubur kacang hijau. Memeras santan dan menyiapkan gula merah. Sebenarnya aku paling suka menghisap gula merah, rasanya manis seperti permen.” Sambung Lia.
“O... jadi kamu yang makan gula merahnya, pantas saja buburnya kurang manis.” Jawab Nisa disambut dengan gelak tawa ketiganya.
“Teman-teman, jangan lupa sulap kacang hijaunya ya. Harus jadi hidangan unik.” Iis mengingatkan.
Setelah panen, ibu guru membagikan setengah kilo kacang hijau kepada setiap murid Taman Kanak-kanak di kelas B tempat Nisa, Lia, Iis bersama teman-teman lainnya belajar. Mereka mendapat tugas menyulap kacang hijau tersebut menjadi masakan kesukaan mereka. Dan membawanya ke sekolah tiga hari kemudian.
“Aha... aku mau buat puding kacang hijau. Mamaku paling jago kalau buat puding.” Kata Lia.
“Aku mau buat susu kacang hijau, aku kan suka minum susu.” Kata Iis.
“Susu... dari kacang hijau... memangnya bisa?,” Tanya Nisa keheranan memandangi Iis, demikian pula dengan Lia.
“Namanya juga sulap, ya pasti bisa dong. Tiga hari lagi aku bawakan susu kacang hijau untuk kalian ya.” Iis tersenyum.
“Kamu mau buat sulap apa?,” tanya Iis pada Nisa.
“Bola-bola kacang hijau goreng.”
“Kacang hijau di goreng...?,” Iis dan Lia bersamaan.
“Ya... namanya juga sulap.” Nisa membalas penuh kemenangan.
“Teman-teman, aku duluan!.” pamit Nisa yang tiba lebih dulu di rumahnya. Iis dan Lia melambaikan tangan pada Nisa sebelum mereka berpisah.
***
Dua hari kemudian. Sore itu sangat cerah, Nisa dan ibunya tampak asyik menyiram tanaman di halaman depan. Tiba-tiba Nisa teringat tugas yang diberikan oleh bu guru beberapa waktu lalu.
Nisa bergegas menuju kamar. Ia segera menemukan tas selempang yang berisi kacang hijau tergantung di dekat jendela kamar. Nisa tampak panik saat mengetahui tasnya basah. Rupanya air merembes dari tutup termos yang tidak erat hingga membasahi handuk yang digunakan untuk membungkus kacang hijau.
Betapa terkejutnya Nisa melihat kacang hijaunya sudah berubah. Ia segera membawanya pada ibu.
“Tenang nak, ini masih bisa diolah menjadi hidangan sedap.” Kata ibu setelah mendengar penuturan Nisa.
“Tapi kenapa kacang hijaunya jadi begini, bu?,” tanya Nisa penasaran.
“Ini namanya kecambah atau tauge, tunas muda dari biji kacang hijau yang disimpan di tempat basah, dan terkena sinar matahari. Kalau di semai di tanah, kecambah akan tumbuh menjadi tanaman kacang hijau,” Ibu menjelaskan.
“Kacang yang dikecambahkan mengandung vitamin A, B, dan C tiga kali lipat lebih banyak. Kandungan protein kecambah lebih tinggi bila dibandingkan dengan kandungan protein dalam biji kacang aslinya.” Sambung ibu, disambut dengan anggukan kepala Nisa.

***
Keesokan harinya. Tiba giliran Nisa maju ke depan kelas. Sebelum membuka kotak berisi makanan, ia menceritakan perubahan kacang hijaunya yang menjadi tauge. Kemudian dia mengeluarkan menu yang diolah dengan menambahkan tauge. Bola-bola tauge goreng. Ibu membuat adonan bakso dicampur tauge, kemudian menggorengnya. Ibu juga membuatkan saus dari tomat segar yang dihancurkan dan ditumis dengan bawang putih.
Ibu guru dan teman-teman bertepuk tangan. Pengalaman Nisa dengan kacang hijaunya adalah sulap yang paling unik. Dan menu makanan yang disajikan Nisa juga sangat lezat dan bergizi. Nisa sangat senang. Tiba-tiba ia teringat ibu yang telah membantunya. Terima kasih, Bu. Nisa sayang Ibu, bisik Nisa dalam hati.