Bermain adalah kegiatan menyenangkan yang disukai anak-anak. Hampir
sebagian besar waktunya dihabiskan untuk bermain. Bagusnya lagi, anak-anak
tidak pernah bosan untuk bermain. Nah, harusnya kita bisa memanfaatkan
kesempatan bermain ini untuk merangsang
kecerdasan anak.
Tapi kok, main melulu. Terus kapan belajarnya?
Eits... Bunda jangan marah dulu. Bermain itu penting untuk
menunjang tumbuh kembang anak, loh. Tentunya permainan yang memiliki nilai pendidikan
atau permainan edukatif. Pada saat bermain itu lah, Bunda bisa mengembangkan
imajinasi, daya pikir, dan ketangkasan olah tubuh anak.
Tahukah Bunda, secara umum mainan edukatif memilliki fungsi
penting. Di antaranya adalah,
- Melatih aspek kognitif, yaitu kemampuan berfikir, mengingat sesuatu, dan kemampuan memecahkan masalah.
- Melatih perkembangan motorik, yaitu kemampuan gerak seorang anak berdasarkan kematangan saraf dan ototnya. Gerakan motorik sendiri terbagi menjadi dua, yaituMotorik Kasar, gerakan tubuh yang berhubungan dengan otot-otot besar anggota tubuh.Misalnya, merangkak, berjalan, lari, lompat, memanjat, mengangkat satu kaki, dan mengayunkan tangan.Motorik halus, berhubungan dengan gerakan jari-jari tangan dan kaki. Misalnya, menulis, merangkai, menggenggam, menjepit, berjinjit, dan menggunting.
- Melatih konsentrasi dan fokus.
- Mengenalkan konsep dasar matematika. Misalnya, mengenal angka, membilang, dan mengenal bentuk geometri.
- Pengenalan warna.
- Mengembangkan kemampuan bahasa, yaitu dapat diminta melakukan sesuatu sesuai arahan, menambah kosa kata dengan permainan, dan mengenalkan huruf abjad.
Sebagai orangtua, sering kali kita terpesona melihat
kelebihan anak lain dibandingkan dengan anak kandung sendiri. Kenapa sih, anak tetangga pintar matematika sedangkan anak
saya lebih suka menari? Padahal di sekolah tidak ada mata pelajaran menari.
Bagaimana bisa jadi juara kelas? Keluh seorang ibu saat bertemu sahabatnya.
Pada kesempatan lain, ada juga orangtua yang mengeluhkan anaknya yang belum
juga bisa membaca dengan lancar. Begitu seterusnya hingga para orang tua tersebut lupa bahwa
masih ada kelebihan lain yang dimiliki anak-anak mereka yang tidak dimiliki
anak lain.
Howard Gardner, pakar pendidikan dari Universitas Havard membagi
tingkatan kecerdasan anak menjadi delapan jenis. Teori ini dikenal dengan teori
multiple intelligences atau kecerdasan multipel yang terdiri dari
kecerdasan;
- Linguistik, kemampuan anak berbahasa ( berbicara dan menulis)
- Logika/matematis, ketertarikan terhadap angka, matematika, sains, dan logika.
- Intrapersonal, suka bermain sendiri, bisa mengelola emosi dengan baik.
- Interpersonal, dapat memahami orang lain, empati, dan supel.
- Musikal, suka bernyanyi, menari, dan memainkan musik.
- Spasial, suka berimajinasi, menggambar, dan membangun menggunakan balok.
- Kinetik, aktif dan tangkas dalam olah tubuh.
- Naturalis, suka bermain di alam, peduli lingkungan, tanaman dan binatang.
Beberapa anak yang memiliki beberapa kecerdasan sekaligus.
Namun ada juga yang hanya menonjol pada satu jenis tipe kecerdasan. Jangan
kawatir dulu, karena setiap anak itu istimewa. Kita dapat mengasah kecerdasannya
sesuai dengan karakter dan minat anak.
Melalui kegiatan bermain, kita bangun kecakapan berfikir
anak sambil bersenang-senang. Tentunya dukung oleh permainan yang mendidik ya,
Bunda. Beragam alat peraga edukasi dirancang untuk melatih beragam tipe
kecerdasan anak banyak dijual bebas. Kali ini saya akan mengajak Bunda untuk
membuat sendiri dengan bahan yang mudah didapat. Selain murah meriah, mainan yang akan kita buat ini aman, loh.
Oiya, Bunda juga bisa mengajak putra putri tercinta untuk
membuatnya bersama. Hati-hati saat menggunakan alat bantu saat membuat mainan, misalnya gunting, cutter, dan lem tembak. Semua tahapan langkah-langkah membuat mainan harus dalam pengawasan orangtua.
Bunda dan ananda sudah siap? Pasti seru, karena ini akan
jadi pengalaman berharga buat anak-anak. Ikatan yang terjalin antara
Bunda dan anak akan semakin kuat. Yuk, simak mainan yang akan kita buat di
bawah ini!
1. Pakaianku
(Mencocokkan setelan pakaian)
Alat dan Bahan
·
Kertas origami aneka warna
·
Gunting
·
Spidol
·
Wadah plastik
Cara membuat
- Lipat kertas origami dari kanan ke kiri hingga meninggalkan garis vertikal di tengah. Kemudian gunting.
- Ambil satu kertas yang telah digunting. Lipat kertas tadi dari atas ke bawah. Buka lipatan, terlihat garis horizontal. Kemudian gunting.
- Buat gambar kaos pada salah satu kertas, kemudian tulis anggka di dalam kaos tadi.
- Buat gambar celana atau rok pada kertas lainnya, kemudian buat bulatan-bulatan kecil sebanyak angka yang tetera di kaos tadi.
- Ulangi langkah 1 – 4 dengan warna kertas berbeda. Buat urutan angka berbeda, misalnya angka 1 – 10.
- Masukkan guntingan kertas-kertas tadi secara acak ke dalam wadah.
- Ajak anak memainkannya.
- Perintahnya, ayo carilah setelan pakaian sesuai warna, angka, dan jumlah bilangan yang tertera.
Tujuan permainan ini;
- Belajar membilang dan mengenal lambang bilangannya
- Belajar mengenal warna
- Melatih konsentrasi dan ketelitian
2. Menggunting
Alat dan
bahan
·
Kertas (gunakan sisa kertas untuk membuat setelan
pakaian di atas)
·
Spidol
·
Gunting
·
Wadah
Cara
membuat
- Ambil kertas pertama, buat garis lurus memanjang di bagian tengah.
- Kertas ke 2, buat garis zig-zag memanjang. Kertas ke 3, buat garis gelombang. Dan seterusnya.
- Letakkan pada wadah, ajak anak memainkannya.
- Siapkan wadah kosong untuk meletakkan hasil guntingan. Gampang, kan?
Tujuan permainan ini;
ü Melatih motorik
halus, yaitu kelenturan jari-jari saat menggunting
3. Buka Pasang Tutup
Botol
Alat dan Bahan
· Botol bekas kemasan minuman
(Boleh dengan
ukuran berbeda, dan atau warna tutup botol yang beragam)
·
Cutter
·
Lem Tembak
·
Kardus bekas
Cara membuat
- Bersihkan botol, potong ¼ bagian atas.
- Susun potongan botol mulai dari yang terkecil hingga yang terbesar di atas kardus. Kemudian lem.
Catatan:
Selain menyusunnya
berdasarkan urutan ukuran botol, Anda juga bisa megurutkannya berdasarkan warna
tutup botol.
Tujuan permainan ini;
- Melatih motorik halus, yaitu melatih keletikan jari-jari anak sebagai persiapan menulis
- Belajar mengurutkan benda berdasarkan ukuran/bentuknya
- Belajar mengenal warna
4. Puzzle
Alat dan Bahan
· Cover buku atau majalah bekas dengan gambar menarik, dan gunting
Cara membuat
1.
Gunting gambar.
2.
Buat pola puzzle (misalnya dua keping, tiga keping,
dan seterusnya disesuaikan usia dan kemampuan anak).
3.
Gunting pola puzzle tadi. Jadi, deh.
Tujuan permainan ini;
- Melatih koordinasi mata dan tangan
- Melatih konsentrasi
- Melatih kemampuan anak dalam menyelesaikan masalah
5. Papan Jahit
Alat dan Bahan
·
Kotak bekas kemasan (pilih Kotak dengan hard cover dan
gambar menarik. Saya menggunakan kotak bekas kemasan tepung jagung)
·
Gunting
·
Pelubang kertas
·
Tali sepatu
Cara membuat
1.
Gunting kemasan yang akan digunakan.
2.
Lubangi sekeliling gambar tadi. Buat jarak antar
lubang satu dengan lubang lainnya.
3.
Ambil tali sepatu dan mainkan papan jahitmu.
6. Mencocokkan
Bentuk Geometri
Alat dan
bahan
·
Kardus bekas
·
Cutter/gunting
·
Penggaris
·
Spidol warna-warni
·
Kertas origami
Cara membuat
1.
Buat bentuk-bentuk geometri pada kertas origami (bisa
juga menggunakan kain flanel bila ada).
2.
Jiplak bentuk geometri tadi pada kardus menggunakan
spidol warna-warni (sesuaikan dengan warna kertas origami yang digunakan)
3.
Saatnya bermain. Minta anak mencari kepingan bentuk
geometri, untuk diletakkan di atas pola kardus.
Tujuan
permainan ini
ü Mengenal bentuk
geometri
ü Mengenal warna
7. Namaku
Alat dan
bahan
·
Kertas aneka warna (bisa menggunakan karton, kertas
origami, atau post it)
·
Spidol
·
Kertas HVS
Cara
membuat
- Gunting kertas menjadi ukuran 4 x 4, kemudian tulis satu abjad huruf kecil, berukuran besar di setiap kertas. Buat sebanyak mungkin.
- Ambil kertas HVS, tulis nama anak dengan huruf kecil.
- Cara memainkannya, minta anak mencari huruf yang sesuai dengan tulisan namanya. Letakkan huruf-huruf dalam kertas tadi di bawah tulisan namanya.
Tujuan
permainan ini
ü Mengenalkan
huruf abjad
ü Mengenal kata,
nama, dan nama-nama benda lainnya (sesuia dengan kata yang Bunda tuliskan di
kertas HVS)
Seru ya, bermain dengan si kecil. Oiya, sebelum memulai
permainan, buat kesepakatan tentang aturan bermain. Misalnya begini;
- Aturan Main Bersama Bunda:
- Waktu bermain hanya 15 menit
- Ambil mainan secukupnya
- Mainkan
- Bereskan mainan setelah dimainkan
Bunda bisa menambahkan atau mengurangi aturan main bila
diperlukan. Membuat kesepakatan tentang lama bermain itu penting loh, Bun.
Jangan sampai anak keasikan bermain dan tidak mau tidur/istirahat siang.
Akibatnya anak bisa kelelahan, kurang minum, dan suhu tubuhnya meningkat alias
panas, kemudian demam, dan sakit. Karena selain terkena infeksi, tubuh anak
juga bisa demam karena kelelahan dan kekurangan cairan.
Untungnya saya selalu sedia Tempra Paracetamol Syrup di rumah.
Bila anak mulai deman (ditandai dengan peningkatan suhu tubuh diatas 37 derajat
celsius), saatnya meminumkan Tempra Syrup (untuk usia 4 – 5 tahun) sebanyak 7,5ml.
Baca aturan pakai yang tertera pada kemasan ya, Bun. Karena beda
usia, beda pula dosis minumnya. Dosis yang tertera dalam kemasan menyebutkan,
- Di bawah 2 tahun (sesuai petunjuk dokter, sebaiknya gunakan Tempra Drops)
- Usia 2 – 2 tahun (5 ml)
- Usia 4 – 5 tahun (7,5 ml)
- Usia 6 – 8 tahun (10 ml atau gunakan Tempra Forte)
Anak-anak suka aroma rasa anggur yang segar, sehingga
memudahkan proses minum obat. Saya pun jatuh hati pada Tempra Paracetamol Syrup
karena tidak mengandung alkohol, dan bekerja cepat meredakan demam. Setiap 5 ml
Tempra Syrup mengandung 160 mg paracetamol yang ampuh. Anak ceria, siap bermain
kembali.
“Bunda, yuk, main lagi!”
***
Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog Tempra yang
diselenggarakan oleh Blogger Perempuan Network dan Taisho. Artikel ini ditulis
berdasarkan pengalaman dan opini pribadi. Artikel ini tidak dapat menggantikan
hasil konsultasi dengan tenaga kesehatan profesional.
Informasi Lomba. Klik di Sini |
Aiiih..lucu banget. Mau ah dicoba mumpung besok libur.
BalasHapusTerima kasih ide-ide DIY nya :) Sangat bermanfaat dan anak-anak pasti suka...
BalasHapusasyiknya bikin mainan sendiri ya :)
BalasHapusSebetulnya kalau kita memang niat, bikin mainan edukatif itu mudah ya. Thanks for sharing ya bu, lengkap banget ini. Aku save postingannya :)
BalasHapus