"Siapa pun pendatang atau tamu yang berkunjung ke Kalimantan Timur dan pernah meminum air Sungai Mahakam, diyakini pasti akan kembali lagi ke daerah tersebut, bahkan menetap", demikian mitos yang terus diyakini masyarakat Kaltim.
Sungai Mahakam yang membentang sepanjang 920 Km melintasi tiga daerah, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Kartanegara dan membelah Kota Samarinda ibu kota provinsi adalah kebanggaan bagi warganya.
Kehadiran sungai
ini menjadi sangat penting sebagai penopang ekonomi dan kelangsungan hidup, bagaikan urat
nadi kehidupan. Peran vitalnya adalah sebagai sumber mata air sekaligus sarana
trasnportasi air yang menghubungkan antar desa, kecamatan bahkan antar
kabupaten dan kota.
Tak
tanggung-tanggung sungai tersebut mampu membawa puluhan batang kayu gelondongan
yang dipanen dari hutan, dihanyutkan ke hilir untuk kemudian mendarat di
pabrik-pabrik kayu olahan. Belum lagi kapal ponton pengangkut batubara dan
kontainer hilir mudik melintas dengan anggunnya, terkadang meninggalkan
tumpahan oli atau ceceran muatan yang diangkut menyisakan pencemaran yang tak
segera ditangani.
Waktu terus
bergulir kian menggerus kelestarian air Sungai Mahakam. Eksploitasi lahan mulai
dari pembalakan hutan di daerah hulu sungai, pembukaan perkebunan kelapa sawit
hingga kegiatan pertambangan emas dan batu bara, menyebabkan pendangkalan
sungai oleh lumpur akibat erosi di daerah hulu.
Air yang secara
kasat mata tampak keruh kecokelatan, dan dibeberapa anak sungai air bisa
berwarna hitam pada saat musim kemarau tersebut masih terus dimanfaatkan oleh warganya.
Tingginya kebutuhan akan air membuat mereka seakan tak perduli dengan kondisi
tersebut. Pinggiran sungai yang tak pernah sepi dari kegiatan mandi, mencuci,
buang air besar dan kecil, bahkan mengambil air dari sungai tersebut untuk
dikonsumsi.
Meski Kepala Badan Lingkungan Hidup Kaltim Tuparman
dalam sebuah wawancara mengakui, secara umum kualitas air baku Sungai Mahakam
masih layak dikonsumsi setelah melalui proses sterilisasi yang dilakukan oleh
PDAM setempat. Namun bila tak segera ditangani pencemaran air dapat terus
meningkat hingga menyebabkan air tak layak konsumsi dan mengancam habitat lain
yang hidup di dalamnya.
Spesies Unik yang Terancam
Tingginya
aktifitas warga di sekitar aliran sungai tanpa disadari mempengaruhi naiknya tingkat
pencemaran air, padahal ada spesies langka yaitu lumba-lumba air tawar yang dikenal
dengan nama Pesut Mahakam sangat mengantungkan hidupnya pada sungai-sungai
daerah tropis.
Karena pesut hidup dalam air yang mengandung lumpur
membuat pandangannya tidak terlalu tajam, namun pesut dapat mendeteksi dan menghindari rintangan-rintangan menggunakan ultrasonik yang
dimilikinya.
Populasi hewan
mamalia dengan nama latin Orcaella brevirostris itu kian tertekan. Berdasarkan data tahun 2007, populasi pesut tinggal
50 ekor dan menempati urutan tertinggi satwa Indonesia yang terancam punah. Padahal spesies langka ini hanya terdapat pada tiga lokasi di
dunia, yaitu Sungai Mahakam, Sungai Mekong dan Sungai Irawady.
Di
dunia internasional, hewan mamalia air tawar ini termasuk dalam daftar CITES
yang digolongkan ke dalam Lampiran 1 atau terancam punah. Menurut data CITES, jumlahnya tinggal sekitar 34 ekor saja.
Habitat
pesut yang terganggu terganggu,
terutama makin sibuknya lalu-lintas perairan Sungai Mahakam, serta tingginya
tingkat erosi dan pendangkalan sungai akibat pengelolaan
hutan di sekitarnya membuat jumlahnya kian menyusut. Kelestarian Pesut Mahakam juga diperkirakan
terancam akibat terbatasnya bahan makanan berupa udang dan ikan, karena harus
bersaing dengan para nelayan di sepanjang Sungai Mahakam.
Secara
mengejutkan fakta penampakan hewan unik lainnya terlihat pada 29 Januari 2010 yang
disaksikan langsung oleh awak kapal longboat beserta penumpangnya saat melihat
sepasang ular naga raksasa dengan besar diperkirakan 60 Cm dan panjang hampir
50 m, muncul meliuk-liuk sambil berenang di pedalaman Sungai Mahakam Ulu
Kabupaten Kutai Barat.
Mesin
perahu segera dimatikan saat berada di permukaan Sungai Riam Haloq, Kampung
Long Tuyoq, Kecamatan Long Pahangai, dan puluhan saksi mata mengabadikan gambar
ular raksasa dengan empat kaki itu menggunakan ponsel berkamera yang mereka
bawa saat itu.
Apakah
ular naga tersebut adalah hewan spesies baru? Belum ada penelitian lebih lanjut
mengenai hal ini. Namun yang jelas ekosistem air Sungai Mahakam harus terus dikelola
agar tetap lestari demi kelangsungan manusia dan satwa air tawar yang sangat bergantung
pada sungai tersebut.
Pengelolaan Sumber Daya Air
Berdasarkan
UUD 1945 pasal 33 ayat 3 menyatakan bahwa sumber daya air dikuasai negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat secara adil. Seiring
dengan terbitnya otonomi daerah, kewenangan pengelolaan sumber daya air dan
tanggung jawabnya di atur dalam pasal 13- 19 UU No.7 Tahun 2004. Yang secara
umum memberi kewenangan kepada pemerintah daerah untuk pengelolan sumber daya
air, meski kenyataannya masih tergantung pada pemerintah pusat.
Lebih dari itu, secara organisatoris dalam
rangka melakukan pengelolaan sumber daya air telah ditetapkan Keputusan
Presiden No. 123 Tahun 2001 tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air,
sebagaimana dirubah dengan Keputusan Presiden No.83 Tahun 2002.
Tanpa melupakan peran pemerintah kabupaten/kota
dalam mengelola sumber daya air, kita sebagai warga negara yang baik seyogyanya
mengambil peran untuk aktif dalam pemeliharaan kelestarian air. Berbuat dan
memberi contoh kecil kepada sesama warga untuk menghargai sumber air Sungai
Mahakam misalnya dengan tidak membuang sampah ke sungai, diharapkan dapat
mengurangi resiko pencemaran air.
Bergeraklah, berbuatlah sesuatu untuk menjaga
kelestarian air demi kelangsungan Sungai Mahakam sebagai sumber air warga
Kaltim sekaligus ‘rumah’ bagi satwa unik yang terancam punah, agar tetap lestari
dan tidak terabaikan lagi.
***
* Ditulis Oleh Dwi Dira Rahmawati
Referensi;
- http://hidrologikaltim.com/websda/?9/view/writer/Air_Sungai_Mahakam_Tercemar_Tambang diunduh pada 3 Desember 2012,
- http://www.antaranews.com/berita/329653/populasi-pesut-mahakam-kian-menyusut diunduh pada 3 Desember 2012,
- http://id.wikipedia.org/wiki/Pesut_Mahakam diunduh pada 3 Desember 2012,
- http://kaltim.antaranews.com/berita/2940/ular-naga-ternyata-ada-di-sungai-mahakam diunduh pada 3 Desember 2012
- http://hidrologikaltim.com/websda/?6/view/writer/Kelembagaan_Pengelolaan_Sumber_Daya_Air diunduh pada 3 Desember 2102.
- http://samarinda-tour.blogspot.com/ diunduh pada 3 Desember 2012,
- http://id.wikipedia.org/wiki/Pesut diunduh pada 3 Desember 2012,
- http://kaltim.antaranews.com/berita/2940/ular-naga-ternyata-ada-di-sungai-mahakam diunduh pada 3 Desember 2012.
Seharusnya kitalah lebih aktif menjaga Mahakam
BalasHapus