“Teknologi modern membuat orang takjub, berlomba memilikinya demi
pencintraan status sosial yang mapan, menikmatinya dan terlena, sampai suatu
hari sadar, bahwa sesuatu yang berharga telah terampas.”
Pernah
suatu hari seorang ibu guru menanyakan apa cita-cita muridnya di sebuah kelas.
Murid-murid pun menjawab dengan berbagai profesi yang menjanjikan. Mereka juga
mengemukakan alasan yang lucu dan menggemaskan sesuai imajinasi anak. Namun
anehnya, ada seorang anak perempuan yang bercita-cita ingin menjadi smartphone.
Ibu guru yang penasaran pun
menanyakan alasan anak tersebut. “Karena aku ingin setiap hari ingin bersama
Ayah dan Ibu, seperti smartphone,” begitu jawabnya. Ia pun melanjutkan,
“Bahkan, Ibu bisa memarahiku hanya gara-gara sedang asyik dengan smartphone.
Ayah juga selalu membawa smartphone ketika tidur.
Kenyataan ini sungguh memilukan,
meski secara fisik Ayah dan Ibu sedang bersama anak-anaknya namun mereka sibuk
dengan dunia mayanya sendiri. Bahkan demi pencintraan status sosial keluarga
mapan, orangtua pun membelikan smartphone untuk anak-anaknya.
Kayla Mubara, Ibu dari dua orang
balita ini menangkap kenyataan yang sering kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari ini. Perempuan yang kesehariannya berperan sebagai pendamping
pengasuh panti asuhan di Pulau Madura ini berpendapat bahwa, anak lebih membutuhkan
smartmom dibanding smartphone. Orantua khususnya ibu, harus terus ditempa untuk
membimbing anak-anak agar bijak saat menggunakan fasilitas teknologi canggih,
sehingga terlahir generasi unggul.
Kolaborasi cantik 5 perempuan |
Kayla
yang telah banyak menghasilkan buku ini pun berinisiatif menulis buku panduan
perenting di era digital. Hebatnya lagi, ia tidak sendiri. Empat perempuan
lainnya dari tempat yang berbeda berkolaborasi membagikan pengalaman cerdas
saat menggunakan smartphoe dalam buku ini. Meski dikerjakan serempak, tulisan
yang dihasilkan tidak terjadi tumpang tindih.
Kayla piawai membagi tugas sehingga masing-masing penulis dengan mengerjakan satu bab berbeda. Pada akhirnya, semua tulisan dikumpulkan dan diedit untuk kemudian diserahkan kepada penerbit.
Kayla piawai membagi tugas sehingga masing-masing penulis dengan mengerjakan satu bab berbeda. Pada akhirnya, semua tulisan dikumpulkan dan diedit untuk kemudian diserahkan kepada penerbit.
Pada bab 1, Anda akan disuguhi
tulisan Dwi Rahmawati alumni Universitas Mulawarman, Samarinda tentang
kenyamanan fasilitas smartphone. Perempuan yang akrab dengan sapaan Dira ini juga
mengulas dampak positif dan negatif, serta pengaruh internet bagi kesehatan
anak.
Agustina Purwantini lulusan Sastra
Indonesia Universitas Gadjah Mada menulis di bab 2 tentang kiat menjadi Ibu
yang melek literasi informasi. Perempuan yang akrab disapa Tinbe ini juga
membahas tip mendampingi anak dalam menggunakan smartphone, membedakan berita
hoak dan fakta serta bijak menelusuri informasi disampaikan dengan gamblang.
Bab 3 membahas tentang bijak
bersikap dan jeli memilih konten diulas tuntas oleh Dyah W.S lulusan UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta. Ibu yang memilih jalur pendidikan berbasis keluarga (homescooling)
bagi kedua putrinya ini menyoroti anak-anak digital (digital natives)
dan bagaimana sikap dan peran orang tua untuk mengatasinya.
Namun bagaimana bila seorang anak
sudah terlanjur kecanduan smartphone? Nenny Makmun, pemilik Sanggar Ngumpul
Bocah Rumah Hijau membahasnya dalam Bab 4 buku ini. Ibu cerdas harus bisa
menerima kelemahan anak, melakukan interospek diri, dan melakukan
langkah-langkah mengurangi kecanduan gawai. Semua dijabarkan dengan gamblang
pada bab tersebut.
Harus diakui, kecanggihan smartphone
telah berhasil merampas keharmonisan sebuah keluarga. Saat bangun tidur Ayah
dan Ibu sudah sibuk mengecek smartphone.
Bahkan dalam smartphone anak-anak tersimpan game yang berisi
gambar-gambar yang tidak sesuai untuk konsumsi di usia belia anak-anak. Hal ini
diramu oleh Kayla yang bernama Khulatul Mubarokah.
Pada bab 5 Kayla memberikan solusi
cerdas bagi para ibu tentang kegiatan seru selain bermain smartphone bagi anak-anak
tercinta. Beragam kegiatan di dalam dan di luar ruangan ini bisa ditiru dan
mudah diaplikasikan untuk mengembangkan bakat anak mulai dari rumah.
Tebal buku 228 halaman |
Buku ini hadir menjawab keprihatinan
para ibu yang memiliki anak yang terlanjur kecanduan smartphone. Meski
demikian, buku ini juga sangat baik dibaca oleh orangtua dan guru sebagai
antisipasi bila menghadapi kasus serupa. Bukankan mencegah lebih baik daripada
mengobati. Dan buku ini memiliki peran ganda, sebagai penawar sekaligus
pencegah kondiri kronis kecanduan gawai.
Lima
perempuan yang menjadi kontributor dalam buku ini sadar betapa smartphone telah
merampas kebahagiaan keluarga bila kita tak pandai menyiasatinya. Penggunaan
smartphone secara bijak selain bisa mengatasi keretakan hubungan ibu dan anak,
atau hubungan ayah dan ibu sebagai orangtua, ternyata bisa menghasilkan manfaat
positif. Buku ini misalnya, terlahir dari para smartmom yang terpisah jarak dan
waktu yang terhubung dengan smartphone. Gawai juga bisa menghasilkan karya yang
postif, tergantung bagaimana kita bisa mengelolanya.
Yuk! Koleksi buku ini untuk mewarnai
perpustakaan di rumah, di sekolah bahkan di kantor. Baik juga untuk dijadikan
sebagai cinderamata dan kenang-kenangan untuk istri, para ibu muda, sahabat dan
kerabat yang memerlukannya.
Buku yang diterbitkan oleh Penerbit DIVA Press ini mampu menyadarkan Anda dan
kita semua, bahwa anak lebih membutuhkan smartmom, bukan smartphone!
***
Tribun Kaltim, Minggu 26 November 2017 |