Laman

Senin, 20 Mei 2013

Bermain Gunting Melatih Kesiapan Balita Menulis


Fayruz sudah bisa memengang gunting dan menggunakannya. Padahal saya tak pernah mengajarkannya. Menurut saya, gunting termasuk sebagai benda berbahaya yang harus dihindari. Saat bocah yang baru berusia 4 tahun itu memegang gunting, sasaran pertama adalah menggunting pakaian yang dikenakannya.

 

Berbahaya memang, tapi saya tak langsung melarangnya. Saya harus waspada mendampinginya bermain gunting. Kami pun membuat kesepakatan tentang apa saja yang boleh digunting dan apa yang tidak boleh. Fayruz hanya boleh menggunting kertas yang telah saya siapkan. Selebihnya tidak boleh menggunting, kecuali setelah mendapat ijin dan berada dalam pengawasan saya.

Menurut teori Piaget, memasuki usia 2 hingga 4 tahun seorang anak akan merasa sebagai pribadi yang penuh dengan kekuatan, kemampuan kreatif, dan senang melakukan eksploitasi terhadap segala sesuatu di lingkungan sekitarnya. Mereka tak pernah merasa letih, imajinasinya terus mendorong anak-anak pada usia ini untuk bertindak kreatif.

Demikian pula dengan Fayruz, sering kali tingkahnya yang usil menguji kesabaran saya. Kebanyakan orangtua cenderung melarang, dan membatasi. Hal ini dapat menghambat perkembangan kemandirian dan rasa percaya diri anak. Melatih anak di usia ini harus lembut namun tegas. Anak sudah bisa diberi tahu dengan alasan yang jelas, mengapa sebuah kegiatan boleh atau tidak boleh dilakukan.

Melalui kegiatan menggunting, kita bisa melatih otak kiri Balita. Kemam puan anak menggunting tepat di garis, akan sangat membantu Balita melakukan segala sesuatu dengan tepat. Menggunting juga mampu melatih koordinasi tangan dan mata anak. Pandangan mata anak harus mengikuti gerakan tangan yang sedang memegang gunting agar hasil guntingannya rapi.

Selain itu, menggunting dapat mendorong anak untuk menggunakan kordinasi bilateral. Yaitu dua tangan, yang masing-masing melakukan gerakan yang berbeda pada waktu yang bersamaan. Saat tangan kanan menggunting, tangan kiri memegang kertas. Koordinasi bilateral ini penting untuk merangsang kedua belahan otak.

Jadi, kenapa enggak bermain gunting bersama Balita tercinta. Kegiatan membuka dan menutup gunting membuat jari-jari dan otot tangan anak menjadi lebih terlatih. Kekuatan otot jemari ini sangat membantu Balita untuk belajar menulis, menggambar, atau memegang sesuatu.

Permainan menggunting kertas yang sering saya lakukan bersama Fayruz, adalah menggunting pola garis lurus, bergelombang, dan zig-zag yang saya gambar pada kertas. Kemudian saya memintanya menggunting mengikuti garis.

Alat dan bahan yang digunakan

Hasilnya, Fayruz dapat menyelesaikannya meski belum terlalu rapi. Saya pun memuji hasil pekerjaannya. Dia harus banyak berlatih agar jarinya semakin lues menggerakkan gunting, dan menghasilkan guntingan yang rapi.

Saya semakin bersemangat bermain gunting, dan Fayruz sangat menyukainya. Apalagi dengan bermain gunting ternyata bisa melatih kesiapannya menulis. Saya sering meminta tolong pada Fayruz untuk membantu menggunting kemasan makanan kecil, menggunting tali rafia Pasti, dan dia sangat senang sekali. Rasa percaya diri Fayuruz mulai tumbuh karena merasa dibutuhkan.

Anda bisa mencobanya di rumah. Selamat bermain! 


***

*Tulisan ini juga dapat dilihat di link berikut http://wp.me/p3odEj-1cS

4 komentar:

  1. Annaku juga suka main gunting mbak , tapi saya izinin aja :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagus, Mbak Hana. Selama dalam pengawasan, insyaAllah aman. Kadang kalau nggak di awasi, anak suka iseng menggunting rambutnya sendiri, atau menggunting seprai dan gorden.

      Hapus
  2. Faizku 3.6 y sudah saya ijinkan pake gunting *besar pulak...karena minta yang gambar angry bird susah carinya....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah... gunting besar, hebat,
      salam buat Fais ya, Mbak.
      Terima kasih sudah mampir

      Hapus