Laman

Jumat, 31 Mei 2013

IIDN, Pintu Menuju Dunia Penulis

“Kalau mau nulis, ya nulis saja,” kata Pramudya Ananta Toer saat A.S. Laksana menanyakan padanya, Bagaimana cara menulis bagus? Penggalan wawancara A.S Laksana pada tahun 1993 untuk tabloid DeTIK itu, 
sangat menginspirasi saya.

Saya pun mulai rajin menulis. Saat mengajar di sebuah taman kanak-kanak, kami memiliki kegiatan home visit, yaitu mengunjungi kediaman anak didik setiap enam bulan sekali atau satu semester. Kunjungan yang bertujuan untuk memantau perkembangan anak didik dengan mengamati kegiatan mereka selama berada di rumah, juga menjadi ajang silaturahmi dengan orangtua murid. Hasil wawancara kemudian diserahkan kepada kepala sekolah dalam bentuk laporan.

Laporan hasil kunjungan yang saya buat saat itu berbeda dari biasanya. Saya meramu hasil wawancara dalam bentuk deskripsi narasi dengan gaya cerita bertutur, mencetak di kertas ukuran A5, menomori jumlah halaman, dan menjilid layaknya sebuah buku. Kawan-kawan sesama guru senang membaca laporan yang tidak biasa itu, bahkan kepala sekolah sangat menikmati kisah perjalanan home visit saya.

Tanggung jawab sebagai Ibu dengan dua anak yang masih Balita, membuat saya berani mengambil keputusan untuk berhenti bekerja. Awalnya sangat berat, karena saya telah merintis karir sejak masih duduk di bangku kuliah.

Pelan-pelan obsesi saya ingin menjadi penulis muncul. Tapi, kenapa keinginan ini datang terlambat. Justru ketika saya sudah menjadi Ibu dari dua anak. Betapa repotnya bila harus menulis sambil mengurus anak, tanpa asisten rumah tangga pula.

Saya tak kuasa membendung keinginan untuk menulis. Berlembar-lembar halaman buku diary penuh dengan luapan perasaan tentang hal-hal yang saya lihat, dengar dan rasakan. Makin lama makin menumpuk. Sempat bingung mau diapakan buku harian itu.

Pertemuan dengan grup IIDN membawa pencerahan bagi saya. IIDN bagai pelita yang menerangi gelapnya satu sisi hidup saya. Bertemu dengan para Ibu yang mengurus anak, bahkan sambil bekerja dan tetap menjalankan hobi menulis, seakan memberi semangat baru.

Saya mulai sadar bahwa untuk bisa menulis bagus, ternyata tak hanya cukup menuliskan semuanya begitu saja. Seorang penulis juga harus melatih dirinya untuk menguasai berbagai aspek detail agar bisa cakap menulis. Dengan demikian, ia bisa mengembangkan seluruh kecakapan tersebut menjadi tulisan tanpa perlu berpikir keras bagaimana memulainya.

Saya harus membuka diri pada hal-hal baru, banyak membaca dan mengikuti pelatihan yang berhubungan dengan kepenulisan untuk meningkatkan kemampuan menulis saya.

Beruntung saya bertemu IIDN,  komunitas group penulis dengan anggota para Ibu yang dibentuk pada 24 Mei 2010. Berbagai pelatihan dan pembinaan bagi anggota agar bisa menghasilkan tulisan yang baik dilakukan di group tersebut. Penulis berbakat yang terjaring kemudian di salurkan menjadi penulis di Indscript Creative, yaitu agensi naskah yang membantu mempertemukan penulis dengan penerbit untuk menghasilkan buku.

Indiscrip Creative sendiri telah berdiri lebih dulu daripada group IIDN. Perusahaan pelayanan jasa penulisan ini didirikan oleh Indari Mastuti yang didukung penuh oleh suaminya, Deky Tasdikin.  

Indari Mastuti pengagas berdirinya IIDN mengajak para Ibu rumahtangga lainnya untuk aktif menulis dan menjadikannya sebagai kegiatan menyenangkan yang dapat menghasilkan uang, tanpa harus meninggalkan tugas mulia sebagai Ibu dengan segala aktivitas rumahnya.



Hal ini sangat mengispirasi saya dan ribuan Ibu-ibu anggota group IIDN lainnya. Belum terlambat melambungkan mimpi menjadi penulis, membagi informasi, hiburan dan tips melalui buku-buku yang dihasilkannya kelak. Tapi, lagi-lagi kesibukan mengurus anak-anak terkadang menjadi alasan sulitnya menemukan ide menulis tema yang unik dan menarik.

Tidak demikian bagi Lygia Nostalina atau yang lebih akrab disapa Lygia Pecanduhujan yang memiki peran penting sebagai Marketing Communications di group IIDN. Sebagai Ibu dari anak-anak yang lucu, Lygia tak pernah kehabisan ide. Sama seperti Indari Mastuti yang telah menulis lebih dari 50 judul buku dan ratusan artikel, Lygia juga memiliki seluruh kecakapan yang diperlukan untuk menulis bagus.

Kesukaannya pada kisah-kisah inspiratif atau lebih populer dengan sebutan chicken soup, membuatnya menjadi pencetus lahirnya buku-buku serupa dengan ide dan tema yang tak kalah seru. Sebut saja serial A Cup of Tea for Single Mom, A Cup of Tea for Complicated Relationship, Storycake for Ramadhan, Storycake for Backpackers, dan Hot Chocolate for Broken Heart adalah judul buku yang telah dibidaninya dan banyak mendapat sambutan hangat dari pembacanya.

Melalui IIDN, pintu menuju dunia penulis dan penerbitan seakan terbuka lebar. Tak terasa di usia group IIDN yang ke-3,  sekitar 6.000 anggota komunitas yang berada diberbagai pelosok Indonesia hingga ke macanegara merasakan manfaat bergabung bersama IIDN. Indari Mastuti bersama rekan kerjanya Lygia Pecanduhujan berhasil memberikan pencerahan bagi perempuan Indonesia yang gemar menulis, khususnya kaum Ibu agar tetap bisa berkarya, menambah finansial, dan bermanfaat bagi sesama.



Saya bangga bisa menjadi bagian dari komunitas hebat ini. Harapan saya, semoga saya pun bisa memberikan kontribusi positif bagi kemajuan group IIDN. Saya yakin, kita pun memiliki peluang dan kesempatan yang sama untuk bisa memberikan kontribusi positif dalam dunia kepenulisan.

Jadi, jika Anda Ibu rumahtangga yang ingin menjadi penulis, belum terlambat untuk memulai. Segera bergabunglah di group facebook Ibu-ibu Doyan Nulis, karena IIDN adalah pintu menuju dunia penulis.



Meski tak selalu harus bisa menjadi buku, kita akan sangat bangga bila tulisan kita baik berupa artikel, opini, atau cerita pendek, dan puisi bisa memberikan pencerahan dan bermanfaat bagi orang banyak. Karena sebaik-baik manusia, adalah yang manusia yang bermanfaat bagi orang lain. 

***

Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog IIDN memperingati HUT IIDN yang Ke-3.

2 komentar:

  1. artikel bagus bu, mau daftar tp aku ga punya kerudung hehe.. canda
    salam kenal ya
    http://pakarnyaherbal.blogspot.com/2013/03/madu-pahit.html

    BalasHapus