Minggu, 26 November 2017

Anak Butuh Smartmom Bukan Smartphone, Buku Pintar Atasi Kencanduan Gawai

“Teknologi modern membuat orang takjub, berlomba memilikinya demi pencintraan status sosial yang mapan, menikmatinya dan terlena, sampai suatu hari sadar, bahwa sesuatu yang berharga telah terampas.”

Pernah suatu hari seorang ibu guru menanyakan apa cita-cita muridnya di sebuah kelas. Murid-murid pun menjawab dengan berbagai profesi yang menjanjikan. Mereka juga mengemukakan alasan yang lucu dan menggemaskan sesuai imajinasi anak. Namun anehnya, ada seorang anak perempuan yang bercita-cita ingin menjadi smartphone.

Ibu guru yang penasaran pun menanyakan alasan anak tersebut. “Karena aku ingin setiap hari ingin bersama Ayah dan Ibu, seperti smartphone,” begitu jawabnya. Ia pun melanjutkan, “Bahkan, Ibu bisa memarahiku hanya gara-gara sedang asyik dengan smartphone. Ayah juga selalu membawa smartphone ketika tidur.

Kenyataan ini sungguh memilukan, meski secara fisik Ayah dan Ibu sedang bersama anak-anaknya namun mereka sibuk dengan dunia mayanya sendiri. Bahkan demi pencintraan status sosial keluarga mapan, orangtua pun membelikan smartphone untuk anak-anaknya.

Kayla Mubara, Ibu dari dua orang balita ini menangkap kenyataan yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari ini. Perempuan yang kesehariannya berperan sebagai pendamping pengasuh panti asuhan di Pulau Madura ini berpendapat bahwa, anak lebih membutuhkan smartmom dibanding smartphone. Orantua khususnya ibu, harus terus ditempa untuk membimbing anak-anak agar bijak saat menggunakan fasilitas teknologi canggih, sehingga terlahir generasi unggul.

Kolaborasi cantik 5 perempuan

Kayla yang telah banyak menghasilkan buku ini pun berinisiatif menulis buku panduan perenting di era digital. Hebatnya lagi, ia tidak sendiri. Empat perempuan lainnya dari tempat yang berbeda berkolaborasi membagikan pengalaman cerdas saat menggunakan smartphoe dalam buku ini. Meski dikerjakan serempak, tulisan yang dihasilkan tidak terjadi tumpang tindih. 

Kayla piawai membagi tugas sehingga masing-masing  penulis dengan mengerjakan satu bab berbeda. Pada akhirnya, semua tulisan dikumpulkan dan diedit untuk kemudian diserahkan kepada penerbit.

Pada bab 1, Anda akan disuguhi tulisan Dwi Rahmawati alumni Universitas Mulawarman, Samarinda tentang kenyamanan fasilitas smartphone. Perempuan yang akrab dengan sapaan Dira ini juga mengulas dampak positif dan negatif, serta pengaruh internet bagi kesehatan anak.
            
Agustina Purwantini lulusan Sastra Indonesia Universitas Gadjah Mada menulis di bab 2 tentang kiat menjadi Ibu yang melek literasi informasi. Perempuan yang akrab disapa Tinbe ini juga membahas tip mendampingi anak dalam menggunakan smartphone, membedakan berita hoak dan fakta serta bijak menelusuri informasi disampaikan dengan gamblang.
            
Bab 3 membahas tentang bijak bersikap dan jeli memilih konten diulas tuntas oleh Dyah W.S lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Ibu yang memilih jalur pendidikan berbasis keluarga (homescooling) bagi kedua putrinya ini menyoroti anak-anak digital (digital natives) dan bagaimana sikap dan peran orang tua untuk mengatasinya.
            
Namun bagaimana bila seorang anak sudah terlanjur kecanduan smartphone? Nenny Makmun, pemilik Sanggar Ngumpul Bocah Rumah Hijau membahasnya dalam Bab 4 buku ini. Ibu cerdas harus bisa menerima kelemahan anak, melakukan interospek diri, dan melakukan langkah-langkah mengurangi kecanduan gawai. Semua dijabarkan dengan gamblang pada bab tersebut.
            
Harus diakui, kecanggihan smartphone telah berhasil merampas keharmonisan sebuah keluarga. Saat bangun tidur Ayah dan Ibu sudah sibuk mengecek smartphone.  Bahkan dalam smartphone anak-anak tersimpan game yang berisi gambar-gambar yang tidak sesuai untuk konsumsi di usia belia anak-anak. Hal ini diramu oleh Kayla yang bernama Khulatul Mubarokah.
            
Pada bab 5 Kayla memberikan solusi cerdas bagi para ibu tentang kegiatan seru selain bermain smartphone bagi anak-anak tercinta. Beragam kegiatan di dalam dan di luar ruangan ini bisa ditiru dan mudah diaplikasikan untuk mengembangkan bakat anak mulai dari rumah.

Tebal buku 228 halaman

Buku ini hadir menjawab keprihatinan para ibu yang memiliki anak yang terlanjur kecanduan smartphone. Meski demikian, buku ini juga sangat baik dibaca oleh orangtua dan guru sebagai antisipasi bila menghadapi kasus serupa. Bukankan mencegah lebih baik daripada mengobati. Dan buku ini memiliki peran ganda, sebagai penawar sekaligus pencegah kondiri kronis kecanduan gawai.

Lima perempuan yang menjadi kontributor dalam buku ini sadar betapa smartphone telah merampas kebahagiaan keluarga bila kita tak pandai menyiasatinya. Penggunaan smartphone secara bijak selain bisa mengatasi keretakan hubungan ibu dan anak, atau hubungan ayah dan ibu sebagai orangtua, ternyata bisa menghasilkan manfaat positif. Buku ini misalnya, terlahir dari para smartmom yang terpisah jarak dan waktu yang terhubung dengan smartphone. Gawai juga bisa menghasilkan karya yang postif, tergantung bagaimana kita bisa mengelolanya.

Yuk! Koleksi buku ini untuk mewarnai perpustakaan di rumah, di sekolah bahkan di kantor. Baik juga untuk dijadikan sebagai cinderamata dan kenang-kenangan untuk istri, para ibu muda, sahabat dan kerabat yang memerlukannya.

Buku yang diterbitkan oleh Penerbit DIVA Press ini mampu menyadarkan Anda dan kita semua, bahwa anak lebih membutuhkan smartmom, bukan smartphone!
***

Tribun Kaltim, Minggu 26 November 2017




Sabtu, 17 Juni 2017

Membuat Mainan Edukatif Sendiri

Bermain adalah kegiatan menyenangkan yang disukai anak-anak. Hampir sebagian besar waktunya dihabiskan untuk bermain. Bagusnya lagi, anak-anak tidak pernah bosan untuk bermain. Nah, harusnya kita bisa memanfaatkan kesempatan bermain  ini untuk merangsang kecerdasan anak.

Tapi kok, main melulu. Terus kapan belajarnya?

Eits... Bunda jangan marah dulu. Bermain itu penting untuk menunjang tumbuh kembang anak, loh. Tentunya permainan yang memiliki nilai pendidikan atau permainan edukatif. Pada saat bermain itu lah, Bunda bisa mengembangkan imajinasi, daya pikir, dan ketangkasan olah tubuh anak.

Tahukah Bunda, secara umum mainan edukatif memilliki fungsi penting. Di antaranya adalah,

  • Melatih aspek kognitif, yaitu kemampuan berfikir, mengingat sesuatu, dan kemampuan memecahkan masalah.
  • Melatih perkembangan motorik, yaitu kemampuan gerak seorang anak berdasarkan kematangan saraf dan ototnya. Gerakan motorik sendiri terbagi menjadi dua, yaituMotorik Kasar, gerakan tubuh yang berhubungan dengan otot-otot besar anggota tubuh.Misalnya, merangkak, berjalan, lari, lompat, memanjat, mengangkat satu kaki, dan mengayunkan tangan.Motorik halus, berhubungan dengan gerakan jari-jari tangan dan kaki. Misalnya, menulis, merangkai, menggenggam, menjepit, berjinjit, dan menggunting.
  • Melatih konsentrasi dan fokus.
  • Mengenalkan konsep dasar matematika. Misalnya, mengenal angka, membilang, dan mengenal bentuk geometri.
  • Pengenalan warna.
  • Mengembangkan kemampuan bahasa, yaitu dapat diminta melakukan sesuatu sesuai arahan, menambah kosa kata dengan permainan, dan mengenalkan huruf abjad. 

Sebagai orangtua, sering kali kita terpesona melihat kelebihan anak lain dibandingkan dengan anak kandung sendiri. Kenapa sih, anak tetangga pintar matematika sedangkan anak saya lebih suka menari? Padahal di sekolah tidak ada mata pelajaran menari. Bagaimana bisa jadi juara kelas? Keluh seorang ibu saat bertemu sahabatnya. 

Pada kesempatan lain, ada juga orangtua yang mengeluhkan anaknya yang belum juga bisa membaca dengan lancar. Begitu seterusnya hingga para orang tua tersebut lupa bahwa masih ada kelebihan lain yang dimiliki anak-anak mereka yang tidak dimiliki anak lain.

Howard Gardner, pakar pendidikan dari Universitas Havard membagi tingkatan kecerdasan anak menjadi delapan jenis. Teori ini dikenal dengan teori multiple intelligences atau kecerdasan multipel yang terdiri dari kecerdasan;
  1. Linguistik, kemampuan anak berbahasa ( berbicara dan menulis)
  2. Logika/matematis, ketertarikan terhadap angka, matematika, sains, dan logika.
  3. Intrapersonal, suka bermain sendiri, bisa mengelola emosi dengan baik.
  4. Interpersonal, dapat memahami orang lain, empati, dan supel.
  5. Musikal, suka bernyanyi, menari, dan memainkan musik.
  6. Spasial, suka berimajinasi, menggambar, dan membangun menggunakan balok.
  7. Kinetik, aktif dan tangkas dalam olah tubuh.
  8. Naturalis, suka bermain di alam, peduli lingkungan, tanaman dan binatang.

Beberapa anak yang memiliki beberapa kecerdasan sekaligus. Namun ada juga yang hanya menonjol pada satu jenis tipe kecerdasan. Jangan kawatir dulu, karena setiap anak itu istimewa. Kita dapat mengasah kecerdasannya sesuai dengan karakter dan minat anak.

Melalui kegiatan bermain, kita bangun kecakapan berfikir anak sambil bersenang-senang. Tentunya dukung oleh permainan yang mendidik ya, Bunda. Beragam alat peraga edukasi dirancang untuk melatih beragam tipe kecerdasan anak banyak dijual bebas. Kali ini saya akan mengajak Bunda untuk membuat sendiri dengan bahan yang mudah didapat. Selain murah meriah, mainan yang akan kita buat ini aman, loh.

Oiya, Bunda juga bisa mengajak putra putri tercinta untuk membuatnya bersama. Hati-hati saat menggunakan alat bantu saat membuat mainan, misalnya gunting, cutter, dan lem tembak. Semua tahapan langkah-langkah membuat mainan harus dalam pengawasan orangtua. 

Bunda dan ananda sudah siap? Pasti seru, karena ini akan  jadi pengalaman berharga buat anak-anak. Ikatan yang terjalin antara Bunda dan anak akan semakin kuat. Yuk, simak mainan yang akan kita buat di bawah ini! 

1.      Pakaianku
(Mencocokkan setelan pakaian)

Alat dan Bahan
·           Kertas origami aneka warna
·           Gunting
·           Spidol
·           Wadah plastik

Cara membuat
  1. Lipat kertas origami dari kanan ke kiri hingga meninggalkan garis vertikal di tengah. Kemudian gunting.
  2. Ambil satu kertas yang telah digunting. Lipat kertas tadi dari atas ke bawah. Buka lipatan, terlihat garis horizontal. Kemudian gunting.
  3. Buat gambar kaos pada salah satu kertas, kemudian tulis anggka di dalam kaos tadi.
  4. Buat gambar celana atau rok pada kertas lainnya, kemudian buat bulatan-bulatan kecil sebanyak angka yang tetera di kaos tadi. 
  5. Ulangi langkah 1 – 4 dengan warna kertas berbeda. Buat urutan angka berbeda, misalnya angka 1 – 10.
  6. Masukkan guntingan kertas-kertas tadi secara acak ke dalam wadah.
  7. Ajak anak memainkannya.
  8. Perintahnya, ayo carilah setelan pakaian sesuai warna, angka, dan jumlah bilangan yang tertera.
Tujuan permainan ini;
  • Belajar membilang dan mengenal lambang bilangannya
  • Belajar mengenal warna
  • Melatih konsentrasi dan ketelitian


2.      Menggunting

Alat dan bahan
·           Kertas (gunakan sisa kertas untuk membuat setelan pakaian di atas)
·           Spidol
·           Gunting
·           Wadah

Cara membuat
  1. Ambil kertas pertama, buat garis lurus memanjang di bagian tengah.
  2. Kertas ke 2, buat garis zig-zag memanjang. Kertas ke 3, buat garis gelombang. Dan seterusnya. 
  3. Letakkan pada wadah, ajak anak memainkannya.
  4. Siapkan wadah kosong untuk meletakkan hasil guntingan. Gampang, kan?
Tujuan permainan ini;
ü  Melatih motorik halus, yaitu kelenturan jari-jari saat menggunting

3.      Buka Pasang Tutup Botol

Alat dan Bahan
·           Botol bekas kemasan minuman
(Boleh dengan ukuran berbeda, dan atau warna tutup botol yang beragam)
·           Cutter
·           Lem Tembak
·           Kardus bekas

Cara membuat
  1. Bersihkan botol, potong ¼ bagian atas.
  2. Susun potongan botol mulai dari yang terkecil hingga yang terbesar di atas kardus. Kemudian lem.
Catatan:
Selain menyusunnya berdasarkan urutan ukuran botol, Anda juga bisa megurutkannya berdasarkan warna tutup botol.

Tujuan permainan ini;
  • Melatih motorik halus, yaitu melatih keletikan jari-jari anak sebagai persiapan menulis
  • Belajar mengurutkan benda berdasarkan ukuran/bentuknya
  • Belajar mengenal warna


4.      Puzzle

Alat dan Bahan
·          Cover buku atau majalah bekas dengan gambar menarik, dan gunting

Cara membuat
1.        Gunting gambar.
2.        Buat pola puzzle (misalnya dua keping, tiga keping, dan seterusnya disesuaikan usia dan kemampuan anak).
3.        Gunting pola puzzle tadi. Jadi, deh.

Tujuan permainan ini;
  • Melatih koordinasi mata dan tangan
  • Melatih konsentrasi
  • Melatih kemampuan anak dalam menyelesaikan masalah

5.      Papan Jahit

Alat dan Bahan
·           Kotak bekas kemasan (pilih Kotak dengan hard cover dan gambar menarik. Saya menggunakan kotak bekas kemasan tepung jagung)
 

·           Gunting
·           Pelubang kertas
·           Tali sepatu

Cara membuat
1.        Gunting kemasan yang akan digunakan.
2.        Lubangi sekeliling gambar tadi. Buat jarak antar lubang satu dengan lubang lainnya.

3.        Ambil tali sepatu dan mainkan papan jahitmu.

6.      Mencocokkan Bentuk Geometri

Alat dan bahan
·           Kardus bekas
·           Cutter/gunting
·           Penggaris
·           Spidol warna-warni
·           Kertas origami

Cara membuat
1.        Buat bentuk-bentuk geometri pada kertas origami (bisa juga menggunakan kain flanel bila ada).
2.        Jiplak bentuk geometri tadi pada kardus menggunakan spidol warna-warni (sesuaikan dengan warna kertas origami yang digunakan)
3.        Saatnya bermain. Minta anak mencari kepingan bentuk geometri, untuk diletakkan di atas pola kardus.

Tujuan permainan ini
ü  Mengenal bentuk geometri
ü  Mengenal warna

7.      Namaku

Alat dan bahan
·           Kertas aneka warna (bisa menggunakan karton, kertas origami, atau post it)
·           Spidol
·           Kertas HVS

Cara membuat
  1. Gunting kertas menjadi ukuran 4 x 4, kemudian tulis satu abjad huruf kecil, berukuran besar di setiap kertas. Buat sebanyak mungkin.
  2. Ambil kertas HVS, tulis nama anak dengan huruf kecil.
  3. Cara memainkannya, minta anak mencari huruf yang sesuai dengan tulisan namanya. Letakkan huruf-huruf dalam kertas tadi di bawah tulisan namanya.
Tujuan permainan ini
ü  Mengenalkan huruf abjad
ü  Mengenal kata, nama, dan nama-nama benda lainnya (sesuia dengan kata yang Bunda tuliskan di kertas HVS)

Seru ya, bermain dengan si kecil. Oiya, sebelum memulai permainan, buat kesepakatan tentang aturan bermain. Misalnya begini;
  • Aturan Main Bersama Bunda:
  • Waktu bermain hanya 15 menit
  • Ambil mainan secukupnya
  • Mainkan
  • Bereskan mainan setelah dimainkan 
Bunda bisa menambahkan atau mengurangi aturan main bila diperlukan. Membuat kesepakatan tentang lama bermain itu penting loh, Bun. Jangan sampai anak keasikan bermain dan tidak mau tidur/istirahat siang. Akibatnya anak bisa kelelahan, kurang minum, dan suhu tubuhnya meningkat alias panas, kemudian demam, dan sakit. Karena selain terkena infeksi, tubuh anak juga bisa demam karena kelelahan dan kekurangan cairan.


Untungnya saya selalu sedia Tempra Paracetamol Syrup di rumah. Bila anak mulai deman (ditandai dengan peningkatan suhu tubuh diatas 37 derajat celsius), saatnya meminumkan Tempra Syrup (untuk usia 4 – 5 tahun) sebanyak 7,5ml.

Baca aturan pakai yang tertera pada kemasan ya, Bun. Karena beda usia, beda pula dosis minumnya. Dosis yang tertera dalam kemasan menyebutkan,
  • Di bawah 2 tahun (sesuai petunjuk dokter, sebaiknya gunakan Tempra Drops)
  • Usia 2 – 2 tahun (5 ml)
  • Usia 4 – 5 tahun (7,5 ml)
  • Usia 6 – 8 tahun (10 ml atau gunakan Tempra Forte)


 Anak-anak suka aroma rasa anggur yang segar, sehingga memudahkan proses minum obat. Saya pun jatuh hati pada Tempra Paracetamol Syrup karena tidak mengandung alkohol, dan bekerja cepat meredakan demam. Setiap 5 ml Tempra Syrup mengandung 160 mg paracetamol yang ampuh. Anak ceria, siap bermain kembali.

“Bunda, yuk, main lagi!”

***


Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog Tempra yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan Network dan Taisho. Artikel ini ditulis berdasarkan pengalaman dan opini pribadi. Artikel ini tidak dapat menggantikan hasil konsultasi dengan tenaga kesehatan profesional.
Informasi Lomba. Klik di Sini


Jumat, 12 Mei 2017

Inni Indarpuri, Sastrawan Kaltim Nan Memesona

Inni Indarpuri, nama perempuan cantik ini sangat populer di komunitas penulis di Ibukota Provinsi Kalimantan Timur. Karya sastra baik itu prosa fiksi dan non fiksi berhasil diciptakan dengan penuh dedikasi. Editor berprestasi dari sebuah penerbitan nasional Indonesia pun terpesona dengan prestasi menulisnya. Wajar saja bila surat elektronik atau electronic mail dari penerbit berdatangan membanjiri, meminangnya untuk menjadi penulis mereka.

Mbak Inni begitu ia biasa disapa, berpenampilan modis dan fashionable memangselalu menarik perhatian. Kesan hangat tertangkap setiap kali berbincang dengannya. Perempuan mapan yang selalu tulus berbagi dengan sesama ini dicintai para sahabat. Meski telah menghasilkan puluhan buku bermutu, tak lantas membuatnya pongah.

Siapa sangka di balik keanggunan dan tangan dinginnya terlahir novel-novel inspiratif. Sudahkah Anda membaca novel berjudul Gampiran? Novel yang mengangkat isu lingkungan yang dibalut budaya khas Kalimantan ini terasa begitu istimewa. Demi memenuhi kebutuhan ekonomi, sekelompok orang mengeksploitasi kampung yang asri untuk mendapatkan batubara. Dermaga pengangkut hasil tambang pun dibangun. Mengorbankan barisan pohon bakau dan nipah di sepanjang bibir sungai.


Inni Indarpuri sang penulis berhasil mengangkat mitos yang tidak biasa ke dalam novel. Yaitu kisah persaudaraan manusia (Munita) dengan saudara kembarnya seekor buaya putih bernama Monika sebagai tokoh utama. Kisah percintaan sesama buaya, perselingkuhan, kisah cinta manusia dengan manusia, serta percintaan buaya dan manusia mampu mengaduk-aduk perasaan pembaca.


Kekecewaan, penghianatan, hingga kasih sayang antara ibu dan dua anak kembar yang istimewa, dan kasih sayang antar saudara yaitu buaya dan manusia memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya komunikasi.

Sebelumnya Inni Indarpuri telah berhasil memikat pembaca melalui novel perdanannya berjudul ‘Di Antara Dua Cinta’. Novel ini tercatat sebagai novel dengan penjualan terbaik di sebuah toko buku nasional yang membuka cabang di Samarinda. Isu besar yang diangkatnya adalah mengisi kekurangan guru berkualitas di daerah terpencil dengan mengirimkan lulusan terbaik perguruan tinggi untuk mengabdi sebagai guru.

Ia mengakui, kenyataan di pedalaman Kalimantan masih saja ada guru yang meninggalkan penempatannya, dan minta dipindahtugaskan ke Samarinda. Keadaan ini wajar terjadi mengingat kurangnya fasilitas transportasi dari dan menuju lokasi pengabdian.

Ditambah minimnya alat komunikasi, tidak adanya layanan listrik belum lagi pembayaran gaji yang terlambat seakan menambah daftar penderitaan para guru tersebut. Parahnya lagi, gaji tersebut masih harus diambil sendiri ke kecamatan terdekat yang jaraknya tidak dekat.

Lagi-lagi keindahan alam Kalimantan digambarkan dengan sangat detail dalam novel ini. Rupanya Inni Indarpuri mempersiapkan novel ini dengan sangat matang. Salah satu cara yang ditempuhnya adalah dengan melakkukan survei lapangan langsung, menjelajah ke pelosok desa di pedalaman. Bahkan ia mendokumentasikan foto-foto sekolah, rumah dan lingkungan sekitar kediaman Horizon, nama salah satu toko dalam novel tersebut.

Tak berlebihan bila Inni dinobatkan sebagai salah satu sastrawan muda yang dimiliki Kalimantan Timur. Karya sastranya terus bermunculan. Kiprahnya di dunia tulis menulis sudah sangat mumpuni. Segudang prestasi telah diraih dan mendapatkan penghargaan nasional, antara lain juara dua Lomba Menulis Jurnalistik Anak Berkebutuhan Khusus dari Kemendikbud Jakarta tahun 2012 dan juara satu Writing Competition SDF Bandung, Jawa Barat 2014.

Disela kesibukan menulisnya, Inni yang tercatat sebagai pegawai negeri sipil Provinsi Kalimantan Timur sejak tahun 1992 juga aktif di bidang kesehatan. Salah satunya dengan menjadi pengurus inti untuk memberi dukungan kepada para penderita lupus dan tergabung dalam Suforda atau Support For Orang Dengan Lupus untuk wilayah Kalimantan Timur.

“Saya merasa terpanggil untuk memberikan informasi dan pemahaman tentang penyakit lupus bagi penderita dan keluarganya, agar mereka tetap semangat untuk hidup,” begitu jawabnya saat ditanya apa alasannya bergabung di Suforda.

Penyakit lupus yang secara ilmiah dikenal dengan Systemic Lupus Erythematosus sudah ada sejak tahun 1800-an. Sayangnya sampai saat ini belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan timbulnya penyakit ini dan bagaimana pengobatannya. Bahkan selama lebih dari 40 tahun terakhir, belum ada penemuan baru mengenai pengobatan bagi penyakit yang tidak menular tetapi berisiko mematikan ini. 

Inni adalah perempuan tangguh. Semangat menulisnya mampu menyisihkan puluhan kontributor lain di seluruh Indonesia. Beberapa antologinya antara lain, “SELAKSA MAKNA CINTA-antologi Cerpen dan Puisi, Pustaka Puitika Jogjakarta-Oktober 2010. “GORESAN CINTA KUPU-KUPU – Nuansa Cendekia-Bandung, Januari 2010.  “SURAT UNTUK TUHAN-antologi True story Penerbit Birde Publising, Mei 2011.

Bersama komunitas facebook Ibu-ibu Doyan Nulis , ia menelorkan dua buku Antologi, FOR THE LOVE OF MOM dan AMAZING MOM- Indriscrip Creatif. Tulisan Inni lainnya adalah, Kisah INPIRATIF-Anjari Blog detik, Kalimantan Timur Dalam Cerpen Indonseia, Kalimantan Timur dalam Novel Indonesia, dan 22 Cerpen Pilihan – Penerbit Metro.


Pecinta kuliner Kerupuk dan semua kudapan tradisional Banjar ini kembali melahirkan novel ketiga pada tahun 2012. Novel andalannya dengan judul Never Give Up” menceritakan remaja kelas III SMA yang didera ujian bertubi-tubi namun mampu tegar dan bersyukur. Selain memuat unsur moral ikatan kekeluargaan dan persahabatan, dalam ini terasa motivasi  untuk tetap semangat tidak menyerah dalam menghadapi segala cobaan. Novel ini pun memberikan pelajaran bagi pembaca mengenai penyakit Lupus dan selukbeluknya.

Satu lagi karya apiknya berhasil diterbitkan penerbit nasional BIP Gramedia Pustaka Utama dengan judul ‘Maaf, Aku Selingkuh’. Terinspirasi dari kisah nyata dalam pernikahandan rumah tangga yang tak selalu berjalan mulus.  Berbagai macam masalah dan tantangan hadir silih berganti.  Namun apakah secepat itukah pernikahan berakhir dengan perceraian?  Begitu sulitkah memelihara ikatan pernikahan.

Inni Indarpuri mengemas semua kegundahan itu dan mengambil hikmah dari setiap kejadian dalam rumah tangga secara subjektif dan membagikan pelajaran berharga tersebut dalam buku ini.

Membaca tulisan Inni akan membuat kita semakin berdecak kagum. Betapa piawainya sang sastrawan ini membagi tugas sebagai ibu, pegawai kantor, sekaligus penulis papan atas. Dalam berbagai kesempatan terbuka, ia tak segan berbagi ilmu tentang kepenulisan dalam sebuah seminar, pelatihan, atau saat berkunjung ke kediamannya.

Penulis Buku Anak
Setelah sukses menerbitkan novel untuk kalangan dewasa, tak membuat Inni lantas berpuas diri. Bersama sahabatnya yang bernama RF Dhonna, ia kembali menulis novel untuk anak berjudul ‘Kerawing dan Batu Kecubung Biru.’ Petualangan yang mendebarkan dikemas dalam alur yang runtut. Lagi-lagi setting tempat dideskripsikan dengan baik. Pesona Desa wisata budaya Pampang seakan tergambar jelas.

Pesan moral yang kuat menumbuhkan kesadaran pembaca cilik untuk mencintai alam dengan menjaganya sebaik mungkin. Kerawing nama tokoh utama dalam novel ini diambil dari nama seorang peneliti asing yang diberikan oleh pemangku adat Dayak. Kerawing yang artinya bintang kejora mampu menunjukkan betapa hebatnya ikatan persahabatan hingga melahirkan keberanian, tanggung jawab, dan  rasa rela berkorban.

Tulisan Inni lainnya juga turut meramaikan dunia bacaan anak. Buku cerita bergambar atau pictorial book pertamanya berjudul ‘Palupi dan Pandangi’ yang diterbitkan oleh Andi Publisher Jogjakarta. Dalam buku ini, ia mengangkat satwa liar rusa sebagai tokoh utama sekaligus berkampanye untuk melindungi satwa tersebut dari perburuan liar.

‘20 Tokoh Sukses Dunia yang Dulu Dianggap Bodoh’ adalah buku yang berisi kisah tokoh dunia yang dulu tersisih dan disangka idiot dan ternyata dikemudian hari menjadi orang paling sukses di dunia. Kisah tersebut diharapkan mampu memotivasi anak-anak Indonesia yang kurang berkembang akademiknya agar tetap semangat meraih kesuksesan. Buku terbitan Tiga Serangkai ini sangat cocok untuk para orang tua untuk berbesar hati menerima apapun kondisi anak-anak mereka.

Pengalaman saat bertugas mengelilingi berbagai negara di Asia hingga Eropa menginspirasinya untuk kembali melahirkan buku cerita anak berjudul ‘Andai Salju Turun di Indonesia.’ Dan buku lain berjudul ‘Sejarah Penemuan Penting Dunia.’

Inni Indarpuri adalah satu dari sedikit perempuan sastrawan Kaltim yang masih eksis menulis. Wajar saja bila saya, anda, dan kita semua terpesona pada karyanya. Berkaca padanya, semoga mampu memotivasi perempuan lainnya, khususnya yang berada di kawasan Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara untuk berkarya.

Jangan malu dan takut untuk menulis. Segerakan untuk memulai, dan bertanyalah pada sang ahli bila menghadapi kendala seputar dunia kepenulisan. Mbak Inni Indarpuri, sastrawan Kaltim itu ternyata tidak hanya memesona tapi juga menginspirasi, bukan?