Minggu, 26 November 2017

Anak Butuh Smartmom Bukan Smartphone, Buku Pintar Atasi Kencanduan Gawai

“Teknologi modern membuat orang takjub, berlomba memilikinya demi pencintraan status sosial yang mapan, menikmatinya dan terlena, sampai suatu hari sadar, bahwa sesuatu yang berharga telah terampas.”

Pernah suatu hari seorang ibu guru menanyakan apa cita-cita muridnya di sebuah kelas. Murid-murid pun menjawab dengan berbagai profesi yang menjanjikan. Mereka juga mengemukakan alasan yang lucu dan menggemaskan sesuai imajinasi anak. Namun anehnya, ada seorang anak perempuan yang bercita-cita ingin menjadi smartphone.

Ibu guru yang penasaran pun menanyakan alasan anak tersebut. “Karena aku ingin setiap hari ingin bersama Ayah dan Ibu, seperti smartphone,” begitu jawabnya. Ia pun melanjutkan, “Bahkan, Ibu bisa memarahiku hanya gara-gara sedang asyik dengan smartphone. Ayah juga selalu membawa smartphone ketika tidur.

Kenyataan ini sungguh memilukan, meski secara fisik Ayah dan Ibu sedang bersama anak-anaknya namun mereka sibuk dengan dunia mayanya sendiri. Bahkan demi pencintraan status sosial keluarga mapan, orangtua pun membelikan smartphone untuk anak-anaknya.

Kayla Mubara, Ibu dari dua orang balita ini menangkap kenyataan yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari ini. Perempuan yang kesehariannya berperan sebagai pendamping pengasuh panti asuhan di Pulau Madura ini berpendapat bahwa, anak lebih membutuhkan smartmom dibanding smartphone. Orantua khususnya ibu, harus terus ditempa untuk membimbing anak-anak agar bijak saat menggunakan fasilitas teknologi canggih, sehingga terlahir generasi unggul.

Kolaborasi cantik 5 perempuan

Kayla yang telah banyak menghasilkan buku ini pun berinisiatif menulis buku panduan perenting di era digital. Hebatnya lagi, ia tidak sendiri. Empat perempuan lainnya dari tempat yang berbeda berkolaborasi membagikan pengalaman cerdas saat menggunakan smartphoe dalam buku ini. Meski dikerjakan serempak, tulisan yang dihasilkan tidak terjadi tumpang tindih. 

Kayla piawai membagi tugas sehingga masing-masing  penulis dengan mengerjakan satu bab berbeda. Pada akhirnya, semua tulisan dikumpulkan dan diedit untuk kemudian diserahkan kepada penerbit.

Pada bab 1, Anda akan disuguhi tulisan Dwi Rahmawati alumni Universitas Mulawarman, Samarinda tentang kenyamanan fasilitas smartphone. Perempuan yang akrab dengan sapaan Dira ini juga mengulas dampak positif dan negatif, serta pengaruh internet bagi kesehatan anak.
            
Agustina Purwantini lulusan Sastra Indonesia Universitas Gadjah Mada menulis di bab 2 tentang kiat menjadi Ibu yang melek literasi informasi. Perempuan yang akrab disapa Tinbe ini juga membahas tip mendampingi anak dalam menggunakan smartphone, membedakan berita hoak dan fakta serta bijak menelusuri informasi disampaikan dengan gamblang.
            
Bab 3 membahas tentang bijak bersikap dan jeli memilih konten diulas tuntas oleh Dyah W.S lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Ibu yang memilih jalur pendidikan berbasis keluarga (homescooling) bagi kedua putrinya ini menyoroti anak-anak digital (digital natives) dan bagaimana sikap dan peran orang tua untuk mengatasinya.
            
Namun bagaimana bila seorang anak sudah terlanjur kecanduan smartphone? Nenny Makmun, pemilik Sanggar Ngumpul Bocah Rumah Hijau membahasnya dalam Bab 4 buku ini. Ibu cerdas harus bisa menerima kelemahan anak, melakukan interospek diri, dan melakukan langkah-langkah mengurangi kecanduan gawai. Semua dijabarkan dengan gamblang pada bab tersebut.
            
Harus diakui, kecanggihan smartphone telah berhasil merampas keharmonisan sebuah keluarga. Saat bangun tidur Ayah dan Ibu sudah sibuk mengecek smartphone.  Bahkan dalam smartphone anak-anak tersimpan game yang berisi gambar-gambar yang tidak sesuai untuk konsumsi di usia belia anak-anak. Hal ini diramu oleh Kayla yang bernama Khulatul Mubarokah.
            
Pada bab 5 Kayla memberikan solusi cerdas bagi para ibu tentang kegiatan seru selain bermain smartphone bagi anak-anak tercinta. Beragam kegiatan di dalam dan di luar ruangan ini bisa ditiru dan mudah diaplikasikan untuk mengembangkan bakat anak mulai dari rumah.

Tebal buku 228 halaman

Buku ini hadir menjawab keprihatinan para ibu yang memiliki anak yang terlanjur kecanduan smartphone. Meski demikian, buku ini juga sangat baik dibaca oleh orangtua dan guru sebagai antisipasi bila menghadapi kasus serupa. Bukankan mencegah lebih baik daripada mengobati. Dan buku ini memiliki peran ganda, sebagai penawar sekaligus pencegah kondiri kronis kecanduan gawai.

Lima perempuan yang menjadi kontributor dalam buku ini sadar betapa smartphone telah merampas kebahagiaan keluarga bila kita tak pandai menyiasatinya. Penggunaan smartphone secara bijak selain bisa mengatasi keretakan hubungan ibu dan anak, atau hubungan ayah dan ibu sebagai orangtua, ternyata bisa menghasilkan manfaat positif. Buku ini misalnya, terlahir dari para smartmom yang terpisah jarak dan waktu yang terhubung dengan smartphone. Gawai juga bisa menghasilkan karya yang postif, tergantung bagaimana kita bisa mengelolanya.

Yuk! Koleksi buku ini untuk mewarnai perpustakaan di rumah, di sekolah bahkan di kantor. Baik juga untuk dijadikan sebagai cinderamata dan kenang-kenangan untuk istri, para ibu muda, sahabat dan kerabat yang memerlukannya.

Buku yang diterbitkan oleh Penerbit DIVA Press ini mampu menyadarkan Anda dan kita semua, bahwa anak lebih membutuhkan smartmom, bukan smartphone!
***

Tribun Kaltim, Minggu 26 November 2017




1 komentar:

  1. Tp smartmom tidak menggunakan smartphone utk mengoda laki orang tiap malam bukan? Luar biasa prestasi anda..bertolakbelakang dgn kelakuan anda.

    BalasHapus