![]() |
Kaltim Post, 4 April 2014 |
![]() |
Tribun Kaltim, 6 April 2013 |
Artikel lengkap...
Pengertian kurikulum menurut UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 19 adalah, seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, tambahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
Seiring dengan perkembangan zaman yang identik dengan perubahan,
kurikulum terus diperbaharui guna menjawab berbagai tantangan. Inovasi
kurikulum harus terus disosialisasikan agar dapat diterima, meski memerlukan
persiapan dan waktu yang cukup lama bagi sekolah, guru dan murid yang terlibat
di dalamnya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Dunia sedang bergerak sangat cepat, diperlukan
revolusi untuk mengubah cara kita hidup, berkomunikasi, berfikir dan belajar
untuk mencapai kesejahteraan. Terobosan baru dalam dunia pendidikan harus
dirancang dalan sistem pendidikan sekolah untuk membantu anak-anak kita
mempelajari ilmu pengetahun dan teknologi informasi yang terus berkembang dan
berjalan semakin cepat.
Hal ini dimaksudkan agar generasi muda saat ini
yang masih berada di bangku sekolah dapat mengakses informasi dan pengetahuan
dengan cepat, sehingga mereka kelak dapat mengendalikan masa depan.
Kurikulum lama harus ditataulang dengan lebih
banyak melibatkan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar, serta
memperbanyak kegiatan praktek langsung dengan memafaatkan sumber daya alam yang
ada. Belajar akan menjadi efektif bila dilakukan dalam suasana menyenangkan.
Menghubungkan pelajaran dengan kegiatan praktek langsung di lapangan, melalui
kegiatan pengamatan yang dilakukan siswa adalah hal yang sangat menyenangakan.
Pelajaran menjadi efektif bila menggabungkan
teori dan praktek. Dengan melakukan praktek dan pengamatan langsung terhadap
objek akan melibatkan seluruh panca indera siswa. Para siswa akan belajar
melalui apa yang mereka lihat, dengar, kecap, sentuh, baui, dan melalui apa-apa
yang mereka lakukan. Kegiatan praktek pelajaran mampu mengantarkan pemahaman siswa
terhadap pelajaran jauh lebih cepat.
Setiap anak terlahir jenius. Informasi yang
kompleks sekalipun dapat diserap dan diingat dengan mudah jika para siswa di
sekolah terlibat dalam proses pembelajaran, namun setiap anak juga memiliki tipe
kecerdasan, gaya belajar dan gaya berfikir yang berbeda. Sekolah melalui
kurikulum dan metode belajar terpadu yang efektif seharusnya dapat mengenali
dan melayani anak-anak tersebut.
Selama ini sekolah hanya menghargai dua tipe
kecerdasan, yaitu kecerdasan lingusitik meliputi kemampuan membaca dan menulis,
serta kecerdasan logika matematika meliputi kemampuan untuk menalar dan
berhitung. Sedangkan para siswa yang mungkin memiliki kecerdasan lainnya yang
lebih dominan, di antaranya kecerdasan musikal, kecerdasan spasial dan visual,
kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal dan intrapersonal menjadi tidak
terperhatikan.
Belum lagi gaya belajar setiap siswa yang berbeda-beda
sesuai dengan kemampuannya, ada yang kinestetik, visual dan auditori. Kebanyakan
siswa sekolah dasar dan menengah pertama paling baik belajar ketika mereka
terlibat langsung dan bergerak atau kinestetik, sedangkan orang dewasa lebih
suka belajar secara visual atau belajar melalui gambar dan tulisan.
Kurikulum berbasis inovasi seyogyanya mampu
menyajikan proses belajar dengan melibatkan semua potensi yang ada. Guru
memiliki peran penting untuk mengembangkan potensi siswa yang ada. Keahlian
lain yang harus dimiliki seorang guru adalah dapat memetakan kemampuan siswanya,
mengetahui apa yang telah mereka pahami dan apa yang belum mereka ketahui. Kemudian
melaksanakan kegiatan belajar yang menyenangkan untuk menambah wawasan siswa
tentang hal-hal yang belum mereka pahami.
Pentingnya bagi guru melakukan tahapan
pengajaran yang runtun. Mulai dari apperssepsi dengan menanyakan kembali
pelajaran yang diberikan pada pertemuan terdahulu. Kemudian guru menanamkan
konsep baru, yaitu pelajaran selanjutnya dan memastikan siswa memahaminya. Baru
kemudian melakukan latihan dan penilaian atau evaluasi agar guru mampu mengukur
pemahaman siswa terhadap pelajaran dengan akurat, sehingga proses pembelajaran
menjadi efektif.
Sebelum memulai pelajaran
hendaknya guru mampu memberikan gambaran menyeluruh terlebih dahulu tentang
pelajaran yang akan disampaikan. Sehingga siswa akan mengerti apa yang sedang
mereka pelajari. Hal penting lainnya yang harus dilakukan adalah mengubah
paradigma sekolah yang mendasarkan prisnsip bahwa satu pertanyaan mempunyai
satu jawaban yang benar.
Berbagai terobosan dalam
kehidupan justru akan muncul dari jawaban yang benar-benar baru yang lahir dari
penentangan dan bukan dari penerimaannya. Pelajaran tentang cara berfikir
harusnya menjadi prioritas tertinggi di setiap sekolah. Apabila siswa mengira
hanya ada satu jawaban yang benar, maka siswa akan berhenti mencari ketika
menemukannya. Padahal ada banyak jawaban yang benar dalam kehidupan, bukan
hanya soal-soal matematis yang punya satu jawaban yang benar.
Pendidikan di sekolah
merupakan ikatan emosional antara guru dan siswa yang terjalin begitu erat,
sehingga setiap guru seyogyanya bisa memberikan teladan dengan lebih banyak
memberikan contoh nyata agar para siswa mampu menyerap informasi yang
disampaikan. Proses transfer pendidikan hebat terjadi saat siswa merasa nyaman
dengan kondisi belajarnya.
Pada kegiatan belajar
mengajar berlangsung di sekolah, guru harus mampu membangun komunikasi yang
baik dengan peserta didiknya, baik melalui ucapan, bahkan bahasa tubuh bisa
melalui kedipan mata, gerak tubuh dan ekspresi wajah. Proses komunikasi yang
baik dengan siswa merupakan bagian penting untuk mengukur sejauh mana pemahaman
siswa terhadap pelajaran yang telah disampaikan.
Sesungguhnya guru bagaikan
pembawa lentera yang membagikan cahaya kepada para siswanya, membekali mereka
untuk menembus kegelapan di masa mendatang, di dunia yang akan berubah empat
kali lebih cepat.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar