Senin, 09 September 2013

Sulap Kacang Hijau

 
Naskah cerita anak ini saya tulis dengan font times new roman, ukuran 12, spasi 1,5 sepanjang tiga halaman, dan dikirm ke e-mail kru_ummi@yahoo.com tanggal 22 Maret 2013. Jawaban pernyataan layak dimuat, saya terima tanggal 23 April 2013. Kemudian tanggal 29 Mai 2013 saya dikabari lagi bahwa cernak tersebut akan dimuat di UMMI edisi Juli 2013. Majalah bukti terbit saya terima awal Juli 2013, dan honor sebesar Rp150.000,- ditransfer ke rekening. Oiya, saat mengirimkan cernak, saya melampirkan scan KTP dan NPWP.


Sulap Kacang Hijau
Oleh Dwi Rahmawati

Pagi itu, Nisa bangun lebih awal dari biasanya. Ia bergegas menghampiri ibunya yang sedang menyiapkan sarapan di dapur.
“Tumben Nisa bangun pagi sekali?,” tanya ibu sambil melirik jam dinding di dapur yang masih menunjukkan pukul 5.30 pagi.
“Nisa harus cepat berangkat ke sekolah. Ayo bu, bantu Nisa mandi dan pakai seragam!,” pinta Nisa tak sabar.
Setelah mandi dan mengenakan seragam TK, Nisa bersama ayah dan Kak Nina sarapan bersama. Ibu menyiapkan menu khusus pagi itu, selain nasi goreng dengan telur mata sapi, ada camilan kacang hijau goreng.
“Bu... ini apa? Rasanya manis dan enak, tapi kok ada kacang hijaunya?,” tanya Nisa sambil mengambil sebuah gorengan dan menggigitnya. Sesekali Nisa menbaui aroma kacang hijau.
“Itu kacang hijau goreng. Terbuat dari kacang hijau yang direbus kemudian dihaluskan dengan gula. Setelah itu dibuat menjadi bola-bola, dicelupkan ke dalam adonan tepung, telur, dan air. Terus digoreng sampai kekuningan.” Ibu menjelaskan.
“Nanti kami akan panen kacang hijau di kebun sekolah. Setelah panen, kami akan memasak bersama. Nisa akan bilang pada ibu guru di sekolah supaya kacang hijaunya dibuat gorengan seperti ini saja ya bu.”
Ibu mengangguk sambil tersenyum, “Ayo habiskan sarapannya, supaya kuat dan bisa panen kacang hijau.”
“Bu, nanti Nisa bawa tas selempang yang diisi botol air putih saja. Tidak usah pakai tas ransel yang ada buku dan pensilnya, kami kan mau praktik memasak”. Pinta Nisa.
Nisa memiliki beberapa tas yang biasa ia gunakan ke sekolah. Dia paling sering menggunakan tas ransel yang berisi buku dan perlengkapan menulis.
“Kalau begitu ibu tambahkan handuk kecil ya, untuk mengelap keringat Nisa.” Kata ibu.
Nisa mengacungkan ibu jarinya tanda setuju. Setelah itu ia berpamitan berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki, karena jaraknya sangat dekat dengan rumah.
***
Siangnya, sepulang sekolah Nisa tampak bersemangat. Ia berjalan bersama Iis dan Lia teman sekelas yang tinggal tak jauh dari rumahnya.
“Seru ya panen kacang hijau tadi. Ini pengalaman pertamaku memetik kacang hijau.” Kata Lia.
“Tapi yang paling seru waktu kita masak bubur kacang hijau. Memeras santan dan menyiapkan gula merah. Sebenarnya aku paling suka menghisap gula merah, rasanya manis seperti permen.” Sambung Lia.
“O... jadi kamu yang makan gula merahnya, pantas saja buburnya kurang manis.” Jawab Nisa disambut dengan gelak tawa ketiganya.
“Teman-teman, jangan lupa sulap kacang hijaunya ya. Harus jadi hidangan unik.” Iis mengingatkan.
Setelah panen, ibu guru membagikan setengah kilo kacang hijau kepada setiap murid Taman Kanak-kanak di kelas B tempat Nisa, Lia, Iis bersama teman-teman lainnya belajar. Mereka mendapat tugas menyulap kacang hijau tersebut menjadi masakan kesukaan mereka. Dan membawanya ke sekolah tiga hari kemudian.
“Aha... aku mau buat puding kacang hijau. Mamaku paling jago kalau buat puding.” Kata Lia.
“Aku mau buat susu kacang hijau, aku kan suka minum susu.” Kata Iis.
“Susu... dari kacang hijau... memangnya bisa?,” Tanya Nisa keheranan memandangi Iis, demikian pula dengan Lia.
“Namanya juga sulap, ya pasti bisa dong. Tiga hari lagi aku bawakan susu kacang hijau untuk kalian ya.” Iis tersenyum.
“Kamu mau buat sulap apa?,” tanya Iis pada Nisa.
“Bola-bola kacang hijau goreng.”
“Kacang hijau di goreng...?,” Iis dan Lia bersamaan.
“Ya... namanya juga sulap.” Nisa membalas penuh kemenangan.
“Teman-teman, aku duluan!.” pamit Nisa yang tiba lebih dulu di rumahnya. Iis dan Lia melambaikan tangan pada Nisa sebelum mereka berpisah.
***
Dua hari kemudian. Sore itu sangat cerah, Nisa dan ibunya tampak asyik menyiram tanaman di halaman depan. Tiba-tiba Nisa teringat tugas yang diberikan oleh bu guru beberapa waktu lalu.
Nisa bergegas menuju kamar. Ia segera menemukan tas selempang yang berisi kacang hijau tergantung di dekat jendela kamar. Nisa tampak panik saat mengetahui tasnya basah. Rupanya air merembes dari tutup termos yang tidak erat hingga membasahi handuk yang digunakan untuk membungkus kacang hijau.
Betapa terkejutnya Nisa melihat kacang hijaunya sudah berubah. Ia segera membawanya pada ibu.
“Tenang nak, ini masih bisa diolah menjadi hidangan sedap.” Kata ibu setelah mendengar penuturan Nisa.
“Tapi kenapa kacang hijaunya jadi begini, bu?,” tanya Nisa penasaran.
“Ini namanya kecambah atau tauge, tunas muda dari biji kacang hijau yang disimpan di tempat basah, dan terkena sinar matahari. Kalau di semai di tanah, kecambah akan tumbuh menjadi tanaman kacang hijau,” Ibu menjelaskan.
“Kacang yang dikecambahkan mengandung vitamin A, B, dan C tiga kali lipat lebih banyak. Kandungan protein kecambah lebih tinggi bila dibandingkan dengan kandungan protein dalam biji kacang aslinya.” Sambung ibu, disambut dengan anggukan kepala Nisa.

***
Keesokan harinya. Tiba giliran Nisa maju ke depan kelas. Sebelum membuka kotak berisi makanan, ia menceritakan perubahan kacang hijaunya yang menjadi tauge. Kemudian dia mengeluarkan menu yang diolah dengan menambahkan tauge. Bola-bola tauge goreng. Ibu membuat adonan bakso dicampur tauge, kemudian menggorengnya. Ibu juga membuatkan saus dari tomat segar yang dihancurkan dan ditumis dengan bawang putih.
Ibu guru dan teman-teman bertepuk tangan. Pengalaman Nisa dengan kacang hijaunya adalah sulap yang paling unik. Dan menu makanan yang disajikan Nisa juga sangat lezat dan bergizi. Nisa sangat senang. Tiba-tiba ia teringat ibu yang telah membantunya. Terima kasih, Bu. Nisa sayang Ibu, bisik Nisa dalam hati.

5 komentar:

  1. Wah, mau nyobain juga ah di rumah.

    Selamat ya Mbak sudah dimuat di majalah Ummi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, Mbak Ragil Kuning.
      Silahkan dicoba, semoga berhasil, ya.

      Hapus