Prajurit istana laut mengumumkan bahwa seminggu lagi akan digelar
pesta rakyat. Taman terumbu karang di alun-alun istana dipilih sebagai tempat
digelarnya pesta yang rutin dirayakan setiap tahun itu.
Penghuni laut terlihat antusias. Mereka berbondong-bondong mendaftarkan
diri untuk memeriahkan pentas seni. Ini adalah kesempatan untuk menghibur Raja
Penyu yang akan hadir pada acara tersebut.
Pasukan Ikan Barakuda dibawah pengawasan Panglima Pari mulai
membangun panggung. Dengan sigap Gurita Merah bersama penghuni laut lainnya
ikut membantu. Dalam sekejap terumbu karang disulap menjadi panggung megah nan
indah.
“Terima kasih atas bantuan kalian,” kata Panglima Pari sambil
menundukkan wajahnya sebagai tanda hormat.
“Kami bangga bisa membantu, Panglima,“ jawab Gurita Merah diikuti
anggukan teman-temanya.
“Baiklah, sampai ketemu saat pesta
nanti,” Panglima Pari meninggalkan terumbu karang diikuti Pasukan Barakuda.
***
Dua hari menjelang pesta, penghuni laut tampak sibuk. Namun Gurita
Merah justru bingung. Dari balik batu besar, ia mengamati kegiatan teman-temannya
di alun-alun istana.
Ubur-ubur, Putri Duyung, dan si kembar Ular Laut sedang latihan bersama.
Sekelompok ikan berwarna cerah dan Ikan Lepu Ayam berjalan mondar-mandir dengan
anggun sambil memamerkan sirip indahnya.
“Apa yang kau lakukan di sini, Guri?” Sapa Kuda Laut mengagetkan
Gurita Merah.
“Eh, oh, hmm, aku... aku hanya ingin melihat-lihat,” sahut Gurita
terbata.
“Ayo, bergabunglah dengan kami. Kita latihan bersama!” ajak Kuda
Laut.
“Hmmm, tidak. Maaf, aku pulang dulu, ya,” Gurita meninggalkan Kuda
Laut.
Di dalam rumahnya, Gurita Merah berjalan mondar-mandir. Sudah
berkali-kali ia berlatih sulap, namun hasilnya tak sehebat saat ia tampil
bersama Ubur-ubur dan Ular Laut di pesta rakyat tahun lalu.
Andai saja Ubur-ubur dan si kembar Ular masih mau bermain sulap
bersamaku, keluh
Gurita. Ia berjalan gontai menuju jendela, ditebarkan pandangannya ke halaman.
Rumput laut yang melambai menarik
perhatiannya.
“Aha... aku ada ide.” Gurita melesat pergi dan kembali lagi dengan
setumpuk rumput laut. Dengan cekatan ia memotong dan mengikat rumput laut,
kemudian mengenakannya di kepala.
“Tapi... ini belum istimewa,” keluhnya saat mendapati bayangannya
di cermin. Dengan geram dilahapnya helaian rambut palsu rumput laut yang
menjuntai ke mulutnya.
“Hmmm... ini baru istimewa,” Gurita bersemangat mengunyah rumput
laut. Ia kembali ke halaman untuk mengambil rumput laut, dan membawanya ke
dapur.
Dengan cekatan Gurita menggunakan lengan-lengannya untuk memotong,
mengaduk, memasak, dan menyajikan rumput laut menjadi makanan lezat dalam
sekejap.
Keesokan harinya, Gurita kembali melatih kecepatan memasaknya. Ia
pun menambah daftar menu makanan berbahan rumput laut yang akan disajikan pada
saat pesta rakyat nanti.
Hari mulai gelap, namun Gurita masih saja sibuk di dapurnya. Saat
semua penghuni laut terlelap, Gurita berhasil menyempurnakan masakannya. Ia pun
bergegas menemui Panglima Pari untuk mendaftarakan diri di pertunjukan pentas
seni.
“Ide kreatifmu sangat bagus. Tapi, kenapa baru sekarang mendaftar,
padahal besok pagi acara akan dimulai,” kata Panglima Pari ragu.
“Maaf, Panglima, saya terlambat. Tapi... berilah saya kesempatan,”
bujuk Gurita.
Panglima Pari tampak bingung, ia memanggil beberapa prajurit istana
yang melintas saat berjaga malam. Panglima berbisik dan dijawab dengan anggukan
prajurit.
“Baiklah, Guri, kami akan membuatkan panggung khusus untuk atraksimu
besok,” Panglima Pari meluluskan permintaan Gurita Merah.
Gurita senang sekali. Ia tak sabar menunggu pagi untuk menunjukkan
kejutan istimewanya untuk Raja Penyu dan teman-temannya.
***
Pagi yang dinanti pun tiba. Dengan
wajah berseri, penghuni laut berkumpul di alun-alun istana. Gegap gempita
menyambut kedatangan Raja Penyu bersama pasukan Ikan Barakuda yang gagah.
Panggung terumbu karang kian semarak dengan penampilan penghuni
laut. Tarian kolosal Ubur-ubur dipandu nyanyian Putri Duyung membuat seluruh
hadirin berdecak kagum.
Penonton pun dimanjakan dengan keindahan warna-warni ikan hias yang
dipimpin oleh Ikan Lepu Ayam. Mereka berjalan gemulai di atas panggung,
bagaikan parade peragaan busana. Sekelompok Kuda Laut pun tampil memukau dengan
senam massalnya, diakhiri dengan tarian akrobatik si kembar Ular Laut.
“Dan inilah penampilan terakhir. Mari kita sambut bersama, Gurita
Meraaaah...,” pemandu acara mempersilahkan Guri. Seluruh penghuni laut berbisik
penuh curiga.
“Aku tak pernah melihat Guri berlatih. Apa dia bisa sehebat kita?” celetuk
Ubur-ubur.
“Aku pernah memergokinya mengintip kita berlatih. Dan dia menolak
saat kuajak bergabung,” kata Kuda Laut.
“Ah... pasti dia akan melakukan atraksi sulap yang membosankan itu,”
tebak Ular Laut.
“Sttt... jangan begitu, teman-teman. Apapun itu, hargailah usaha
Guri,” bela Putri Duyung.
Di atas panggung, Guri mengenakan rambut palsu rumput lautnya.
Membuat Raja Penyu dan penonton yang hadir tertawa geli. Guri mengeluarkan rumput
laut, buah durian, nangka, dan susu cair untuk memasak.
“Rumput laut yang bergizi ini akan menjadi bahan utama makanan
ini,” jelas Gurita Merah.
“Aku tidak suka rumput
laut,” bisik Ikan Lepu Ayam yang duduk di barisan penonton.
Guri mulai memasak. Cekatan dan sangat cepat. “Taraaa... selamat
menikmati hidangan bergizi,” Guri merentangkan seluruh lengannya sambil membawa
makanan.
Delapan menu dari rumput laut tersaji menggugah selera. Ada puding
karamel, es krim, es campur, manisan, mie pangsit, bakwan, kripik, dan permen lolipop
disajikan dengan bentuk yang indah.
Kecepatan memasak yang terlatih membuat Raja Penyu takjub. Rasa rumput
laut yang nikmat, dengan tampilan lucu, membuat Raja Penyu melahap hingga tak
bersisa. Guri pun mendapat gelar
kehormatan sebagai koki cerdas.
Ternyata Guri juga menyiapkan menu tersebut untuk seluruh penghuni
laut yang hadir, termasuk teman-temanya.
“Masakanmu lezat, Guri,” puji Putri Duyung membuat Guri tersipu
malu.
“Maafkan aku, Guri, karena meremehkanmu. Ternyata kamu lebih baik
daripada aku,” sesal Ular Laut.
“Ya, aku bahkan tak membantumu, padahal kau menyiapkan ini semua
untuk kami,” sambung Ubur-ubur.
“Aku memang ingin memberikan kejutan istimewa untuk kalian,” Gurita
Merah tersenyum merentangkan lengan-lengannya.
Ubur-ubur, Ular Laut, Putri Duyung dan Kuda Laut merapat dalam lengan
Guri, mereka berpelukan. Sejak saat itu, mereka tak pernah lagi meremehkan
teman-temannya. Dan persahabatan mereka semakin erat.
***
Keren mba :)
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung, Mbak Heny :)
Hapusselamat ya mbak :)
BalasHapusTerima kasih, Mbak Tanti
Hapus