Sabtu, 17 Januari 2015

Loh, Kadoku Kok, Kembali?

Memberi hadiah untuk sahabat adalah hal yang biasa buatku. Tapi memberi hadiah untuk seseorang, apalagi itu lawan jenis, rasanya hal yang tabu. Meski demikian aku pernah juga melakukannya. Anggaplah sebagai ungkapan terima kasih, karena selama bekerja aku selalu merepotkannya. Begitulah aku mencari pembenaran. 

Dia (lelaki yang akan ku beri kado terindah itu) punya surat ijin mengemudi di areal perusahaan, sedang aku tidak. Untuk memudahkan mobilisasi pekerjaan yang sering menuntutku harus keliling areal kerja, aku sering meminta tolong dia untuk mengantarkanku.

Sebelumnya, pernah suatu hari aku lulus tes mengemudi dan mendapat ijin mengemudi di areal perusahaan tambang yang berlokasi di tengah hutan Kalimantan. Tak berapa lama, aku mendapat musibah yang sangat memalukan, yaitu menabrak tiang listrik saat hendak parkir. Kejadian na'as tanpa korban jiwa itu membuat ijin mengemudiku dicabut. Sedih sih, tapi dia juga yang berhasil menghiburku.

Itulah alasan kuat hingga aku akhirnya berani memberi ‘sesuatu’ untuk lelaki teman kerjaku. Bukan teman kerja sih, lebih tepatnya teman satu ruang kantor. Meski kami bekerja untuk perusahaan yang sama, namun kami beda divisi.

Aku sangat tergila-gila dengan cokelat. Bagiku cokelat itu spesial. Dan itu pula yang kuhadiahkan padanya. Saat cuti kerja di akhir tahun, aku meluangkan waktu khusus untuk membelinya di sebuah pusat perbelanjaan di  kotaku. Setelah memilih dan memilah, beberapa batang cokelat spesial segera kubayar dan mengemasnya dengan cantik.

Pekerjaan selanjutnya adalah mengirimkannya sesegera mungkin. Kubayangkan ia menerima kejutan tahun baru, ah jadi nggak sabar ingin memberikannya. Untungnya tak sulit menemukan jasa pengiriman yang bisa mengantarkan barang dengan aman dan cepat. JNE langsung terlintas di benakku. 

Meski mengirim paket antar kota dalam provinsi, aku tetap mengutamakan kecepatan pengiriman dan keamanannya. Semua terjawab oleh JNE, perusahaan jasa pengiriman nomor satu di Indonesia yang telah memiliki ISO 9001:2000 untuk jasa layanannya.

Suatu pagi di awal tahun yang baru, sebuah surat elektronik masuk ke emailku. Membacanya membuat hatiku berbunga-bunga. Lelaki yang masih berada di lokasi kerja itu berkata dalam emailnya, bahwa hadiah yang kukirimkan itu adalah kado terindah yang pernah ia terima dalam hidupnya. Agak berlebihan sih, tapi aku tersanjung membacanya.

Setelah masa cutiku habis, aku kembali ke lokasi kerja. Bergegas ke kantor ingin melihat reaksinya. Senyum manisnya mengembang menyambutku. Semanis cokelat yang kuberikan padanya.

“Gimana cokelatnya, enak?” tanyaku tanpa basa-basi.
“Eh, ng... enak. Makasih, ya,” jawabnya gelagapan membuatku curiga.
“Oiya, sesuai jadwal kerja, pagi ini giliranku yang cuti selama seminggu. Aku mau ngasih ini ke kamu,” sebuah bungkusan diserahkan padaku.
“Terima kasih. Selamat bersenang-senang,” jawabku senang sekaligus sedih karena harus berpisah dengannya.

Pekerjaan yang padat membuatku hampir lupa membuka bungkusan kecil darinya. Aha... senangnya mendapat sebatang cokelat spesial. Nggak nyangka juga kebaikan memberi cokelat bisa terbayar dengan hadiah cokelat serupa. Segera kusantap hingga ludes. Eh... tapi, dari mana dia bisa dapat cokelat ini, pikirku.

Segera kuperiksa kemasan cokelat yang sudah kubuang di tempat sampah. Bukankah ini cokelat yang kuberikan padanya beberapa hari yang lalu. Loh, kadoku, kok kembali, sih. Aku kian meradang. Sebuah email segera kulayangkan padanya. Jawaban otomatis emailnya yang menyatakan dia sedang cuti dan akan kembali sepekan lagi membuatku kian kecewa.

Aku baru mendapat jawaban pasti setelah dia kembali ke lokasi kerja. Rupanya dia tak suka cokelat. Pantas saja. Dia pun meminta maaf, namun menyatakan sangat bahagian dengan perhatiaku atas hadiah itu. Beberapa batang cokelat lainnya pun diberikan padaku sambil menyerahkan sebuah novel terbaru sebagai ungkapan permintaan maafnya.

“Loh, kok kamu tahu aku suka novel ini?” aku mengamati buku yang baru saja diserahkannya.
“Ya, iyalah. Sebelum aku pergi, kan kamu menuliskan judulnya dalam post it dan memintaku mencarikannya,” jawabnya polos.
"Oiya," aku terkekeh malu.

Malamnya aku melahab isi buku yang baru saja kuterima bersama beberapa batang cokelat. Aku sudah memaafkan sikapnya yang mengembalikan kadoku. Dan kejadian itu justru membuat pertemanan kami kian akrab.

Pelajaran berharga, lain kali kalau mau ngasih kado sebaiknya perhatikan dulu apa yang kira-kira dia perlukan. Mungkin lebih baik lagi bila menanyakan langsung padanya. Asal dia jangan minta dibelikan rumah atau mobil aja kali, ya? Bisa tekor dong, hehehe...


4 komentar:

  1. Hihihiii...lucu juga ya kado koq dikembaliin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak Uniek.
      Habis salah saya juga, ke-pede-an ngasih kado

      Hapus
  2. Huahahha.. aku sempet emosi juga lo baca tulisan ini. Kok ya teganya kado kok dikembalikan, mbok dikasihkan ke siapa gituuu hahaha.. Tapi untunglah hepi ending yaaa...

    Oke deh, saatnya ngasih sekor.. (dzofar.com)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selamat datang, Mas Dzofar :-D
      Semoga saya beruntung bisa dibuatin gambar vektor gratiiiis, ya

      Hapus