Kamis, 04 Mei 2017

Bangga Lah Menjadi Perempuan Indonesia

Sebagai perempuan yang hidup di negara Indonesia, saya merasa sangat beruntung. Bagaimana tidak, di negara demokratis ini kehadiran perempuan begitu istimewa. Di bidang politik misalnya, perempuan dilibatkan agar dapat berpartisipasi dalam proses politik Indonesia.

Hal ini dikuatkan dalam Undang-undang nomor 12 tahun 2003 yang berisi keharusan memasukkan kuota 30 persen caleg perempuan. Dan Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) No. 7/2013 pasal 27 ayat (1) huruf b menyangkut kuota 30 persen keterwakilan calon legislatif (caleg) perempuan di setiap daerah pemilihan (dapil).

Sebagai mahluk Tuhan yang paling cantik, perempuan memiliki keahlian multi tasking, yaitu dapat mengerjakan beberapa aktivitas dalam satu waktu. Perempuan dengan segala keunikannya juga ahli dalam mengatur waktu. Perempuan pekerja dapat menyeimbangkan peran saat bekerja dan dalam kehidupan keluarganya. Meski harus diakui, pemerintah masih belum maksimal melindungi perempuan.




Para perempuan yang sudah berkeluarga, perannya semakin penting. Terutama bagi yang telah memiliki keturunan. Mengurus bayi dan anak, adalah pekerjaan mulia yang tidak bisa diwakilkan kepada siapa pun. Namun beberapa perempun terpaksa menjalankan fungsi ganda, sebagai ibu sekaligus karyawan atau pegawai di sebuah instansi.

Pemerintah belum memberikan perlindungan kepada para ibu pekerja, misalnya memastikan tempat penitipan anak yang terjangkau, dan memberikan waktu khusus untuk ibu yang masih menyusui bayinya. Padahal, ibu adalah tonggak keluarga yang harus dilindungi, agar terlahir generasi tangguh Indonesia.

Banyaknya jumlah perempuan Indonesia yang aktif bekerja dan menduduki posisi penting di perusahaanya, termasuk yang tertinggi di dunia. Berdasarkan survei yang dilakukan Grant Thornton, 34 persen perempuan di kawasan Asia Tenggara menempati posisi tertinggi ke dua di dunia. Menurut Johanna Gani, Indonesia masuk dalam 10 besar negara di dunia dengan jumlah perempuan yang mendudukan posisi manajemen senior di perusahaannya.

Lalu, apakah keberhasilan seorang perempuan dinilai dari pekerjaan dan jabatannya? Ternyata tidak. Di banyak negara di dunia, ternyata jumlah perempuan tidak bekerja lebih banyak dibandingkan dengan jumlah perempuan yang bekerja. Meski begitu, perempuan yang tidak bekerja tetap melakukan pekerjaan rumah tangga dengan jam kerja lebih lama dan tidak dibayar.

Apakah perempuan yang bekerja untuk keluarganya tersebut sedih karena tidak mendapat bayaran layaknya pekerja lainnya? Tidak. Perempuan yang mengurus penuh rumah tangganya sangat bahagia bisa merawat anak-anak, membereskan rumah dan mengurusi suami, meski tidak dibayar.

Itulah perempuan, para ibu yang mulia. Sehingga wajar saja bila surga diletakkan di kakinya. Bila di kakinya saja ada surga, bagaimana dengan tutur dan belailan tangannya? Tentu beragam kemuliaan dan keberkahan bersemayam di dalam raga perempuan, apalagi bila ia sudah menjadi ibu.

Bila saja Raden Ajeng Kartini masih hidup hingga saat ini, pastilah ia bangga melihat kemajuan perempuan Indonesia. Perjuangan yang dirintisnya dulu, berhasil mengantarkan perempuan-perempuan masa kini untuk terus belajar dan maju. Akan lebih baik lagi bila perempuan-perempuan Indonesia bisa melahirkan dan mendidik generasi penerus Indonesia menjadi lebih baik.

Perdagangan Perempuan

Perempuan seringkali masih mendapat intimidasi dan tekanan dari pihak-pihak tertentu. Perempuan yang cenderung menggunakan perasaan dari pada logika dalam memutuskan sesuatu, seringkali terjerumus dalam keputusan yang salah. Akhirnya banyak perempuan Indonesia yang terjebak dan terlibat sebagai objek dalam perdagangan orang, khususnya perempuan.

Data Mahkamah Agung Tahun 2015 menyebutkan, perdagangaIndonesia merupakan negara dengan tindak pidanan perdagangan orang (TPPO) terbanyak ke tiga di dunia. Modus yang sering digunakan adalah menjebak keluarga korban dengan hutang, penculikan, memberi beasiswa belajar hingga pencarian bakat sebagai model atau penyanyi.

Perempuan harus sadar dan menjaga dirinya dari lingkaran setan perdagangan orang. Itulah sebabnya perempuan harus pintar, sekolah dan banyak membaca. Perempuan harus bisa menjaga perempuan lain di sekitarnya agar tidak terjebak dalam kasus tersebut. Saling tolong menolong, belajar dan berbagi anatar sesama perempuan akan menciptakan perempuan pintar Indonesia.

Persaingan Perempuan dan Laki-laki

Masih saja terdengar perdebatan antara perempuan dan laki-laki. Masalah gaji misalanya, seringkali perempuan digaji lebih rendah daripada laki-laki. Bahkan di beberapa negara, perempuan mendapatkan pekerjaan dengan kualitas pekerjaan yang dianggap masih rendah dibandingkan laki-laki. Meski demikian janganlah kita, kaum perempuan menjadikan laki-laki sebagai musuh.

Feminisme yang merupakan gerakan dan ideologi yang memperjuangkan kesetaraan perempuan di ranah publik sekalipun tidak pernah mengajarkan ideologi kebencian.

Bagaimana pun, perempuan tidak bisa hidup sendiri, tanpa laki-laki. Apabila ada laki-laki yang berbaik hati, misalnya mempersilahkan perempuan lebih dulu melakukan sesuatu, itu adalah penghormatan. Sebagai perempuan yang perasa, jangan juga kita terlalu sensitif dan menganggap direndahkan. Lihat dari sisi baiknya, dan abaikan persaingan itu.

Perempuan dan tambang

Saya adalah salah satu perempuan Indonesia yang saat ini tengah mempersiapkan generasi emas Indonesia. Sejak kecil, ibu sudah menyekolahkan di taman kanak-kanak, belanjut hingga SD, SMP, dan SMA. Ayah memotivasi saya untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Meski ayah dan ibu tidak pernah mengenyam pendidikan tinggi, namun kami anak-anaknya dimotivasi agar tak mengikuti jejak mereka.

Lulus perguruan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, saya langsung dipinang sebuah perusahaan tambang emas internasional yang beroperasi di Kalimantan. Saya terkejut sekaligus bangga saat bersua sahabat perempuan lainnya yang mengoperasikan alat berat. Mobil haul truck dioperasikan oleh perempuan Indonesia untuk mengangkut tanah yang mengandung emas dari lubang tambang ke tempat penampungan.



Siapa sangka, ada perempuan feminin dibalik mobil gagah setinggi 7 meter, lebar 9 meter yang ditopang enam buah ban berukuran besar. Perempuan dengan kedalaman perasaan, ketelitian dan selalu hati-hatian, dipercaya mengoperasikan haul truck. Alat berat tersebut pun jadi terpelihara, tidak gampang rusak, serta mampu menekan angka kecelakaan.


Alih profesi

Setelah berkeluarga, saya berhenti bekerja di tambang. Saya mengikuti pandidkan diploma satu, jurusan guru TK dan beralih profesi menjadi guru TK. Saat dikanuriai anak, saya memilih menjadi ibu rumah tangga dan mengurus anak. Karena terbiasa dengan dunia kerja, saya bertekad tidak ingin menjadi ibu rumah tangga biasa. Beragam kegiatan produktif yang menghasilkan uang, saya ciptakan di rumah.

Beragam kegiatan yang saya lakukan adalah, membuat bolu pandan dan memasarkannya ke mini market di Kota Samarinda. Karena kekuranngan tenaga, dan maraknya toko kue yang mulai menjamur di kota kami, usaha ini tak berjalan lama. Saya pun membuka usaha di bidang pendidikan, yaitu les membaca untuk anak usia pra sekolah, dan bimbingan belajar untuk anak usia SD. Peluang usaha di bidang pendidikan ternyata cukup menggiurkan.

Disamping itu, saya juga terus mengasah kemampuan menulis, dengan berlatih menulis laporan perkembangan anak-anak yang les di rumah. Saya menyusun sediri materi ajar yang akan disampaikan untuk anak-anak les membaca. Bahkan untuk lembar tes akhir, saya buat cerita pendek untuk anak yang harus mereka baca dengan lancar. Kebiasaan menulis ini akhirnya melatih saya untuk terampil membuat cerita anak.

Menulis Buku

Hal yang membanggakan adalah, ketika suatu hari ada seminar tentang penerbitan buku sekaligus bazar buku. Saya berkesempatan bertemu dengan salah seorang pemilik sebuah penerbit buku. Saya ajukan kumpulan tahapan mengajar membaca yang dijilid menjadi dua diktat. Penerbit tertarik untuk menerbitkannya, dan jadilah dua buku panduang membaca.

Saya memberanikan diri mengirimkan tulisan cerita anak yang saya buat ke beberapa majalah nasional. Saya tidak menyerah, meski terkadang naskah tersebut dikembalikan. Saya perbaiki, tulis ulang, dan kirim kembali. Satu per satu, naskah cerita anak tersebut kemudian dimuat. Rasa percaya diri kian kuat, memberanikan saya mengajukan kumpulan cerita anak ke penerbit. Beberapa naskah tersebut terbit menjadi buku.


Semangat mengajar saya tularkan kepada teman-teman perempuan lainnya di sekitar saya. Beberapa teman tertarik membuka usaha les membaca. Kami saling diskusi untuk mengembangkan usaha yang mampu menopang keuangan rumah tangga tersebut. Dan sampai saat ini, buku panduan membaca yang saya tulis, telah membantu anak-anak Indonesia belajar membaca dengan mudah dan menyenangkan.

R.A Kartini dan Ainun Habibi

Saya sangat terinspirasi dengan Raden Ajeng Kartini, pejuang perempuan yang merintis pendidikan untuk kaumnya. Kebiasaannya menulis sangat menguatkan motivasi saya untuk menulis. Meski begitu, R.A Kartini tetap mengutamakan keluarga dan mengurus anak-anaknya. Pesan tersirat yang dapat saya tangkap dari R.A Kartini adalah pentingnya pendidikan bagi perempuan. Karena perempuan adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya kelak.

Hasri Ainun Besari atau yang lebih akrab dengan panggilan Ainun Habibi adalah perempuan Indonesia lainnya yang saya kagumi. Ibu negara ke tiga tersebut menghabiskan waktunya untuk mengurus suami dan anak-anaknya. Dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 1961 tersebut dengan tulus mendampingi suami tercinta hingga mencapai karir tertinggi, yaitu presiden RI ke 3. Penyakit kanker ovarium yang dideritanya, menjadi penyebab Ainun wafat pada 24 Maret 2010.

Bagi saya, kedua perempuan hebat itu meninggalkan kesan yang dalam. Banyak pelajaran berharga yang bisa saya teladani dan terapkan dalam kehidupan. Saya ingin menjadi pendidik yang memberikan kontribusi positif bagi perkembangan pendidikan di Indonesia. Di sisi lain, saya tetap ingin menjalani peran sebagai ibu rumah tangga, mendampingi suami dan mendidik anak-anak menjadi orang sukses. Tentunya, saya harus banyak belajar agar bisa seteguh Kartini dan sekuat Ainun.


Teruslah belajar, bermimpi dan menggapainya

Beragam pengalaman yang pernah saya jalani, membuat wawasan berfikir saya terbuka lebar. Semua tidak akan tercapai andai saya tidak sungguh-sungguh belajar. Terus memupuk mimpi dan berusaha keras mewujudkannya. Pengorbanan dan perjuangan mutlak diperlukan.

Sudah menjadi kodrat perempuan untuk menikah, melahirkan dan mendidik anak-anaknya. Jangan merasa terbebani karena itu adalah kemuliaan yang hanya dipercayakan pada kaum hawa. Jalani prosesnya dengan ikhlas. Ciptakan peluang dan bergeraklah, jangan diam, meratapi keadaan, dan berpangku tangan. Percayalah, kesempatan perempuan untuk maju masih terbuka lebar.

Apapun pekerjaan kita, ibu rumah tangga kah, atau perempuan pekerja kah, berhentilah menyudutkan satu sama lain. Merasa diri paling benar, paling berjasa untuk keluarga, dan merasa sukses sendiri. Sebagai sesama perempuan, mari kita saling dukung dan berbagi pengalaman.


Wahai perempuan Indonesia Saya, Anda dan kita semua, yakinlah bahwa kita bisa menjadi seperti apa saja yang kita inginkan. Pendidikan adalah hal yang penting bagi perempuan, jadi teruslah belajar. Jadikan anak-anak kita sebagai anak-anak terpelajar yang berahlak, sehingga mereka hidup mulia. Perempuan Indonesia, jangan pernah berhenti bermimpi tinggi. Dan teruslah berusaha menggapainya, karena perempuan memiliki peluang sukses yang sama besar. Bangga lah menjadi perempuan Indonesia yang maju dan kreatif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar