Rabu, 12 Desember 2012

Serbuk Biji Kelor Mampu Turunkan Kadar Logam dalam Air


Biji buah kelor (Moringan oleifera) mengandung zat aktif rhamnosyloxy-benzil-isothiocyanate, yang mampu mengadopsi dan menetralisir partikel-partikel lumpur dan logam yang terkandung dalam air limbah suspensi, di mana partikel kotoran melayang di dalam air.
Peneliti Fakultas Kehutanan (Fahutan) Universitas Mulawarman (Unmul) Enos Tangke Arung, MP mengatakan, hasil penelitian tersebut telah diujikan pada air Sungai Mahakam (Samarinda) dengan kandungan partikel tanah dan unsur logam terlarut cukup tinggi.
"Serbuk biji buah kelor ternyata cukup ampuh menurunkan dan mengendapkan kandungan unsur logam berat yang cukup tinggi dalam air, sehingga air tersebut memenuhi standar baku air minum dan air bersih," katanya.
Enos menjelaskan, cara memperoleh serbuk tersebut cukup sederhana, yaitu dengan menumbuk biji buah kelor yang sudah tua hingga halus, kemudian ditaburkan ke dalam air limbah, dengan perbandingan tiga sampai lima miligram untuk satu liter air dan diaduk cepat.
        Ia menyebutkan, kandungan logam besi (Fe) dalam air Sungai Mahakam yang sebelumnya mencapai 3,23mg/l, setelah dibersihkan dengan serbuk biji kelor menurun menjadi 0,13mg/l, dan telah memenuhi standar baku mutu air minum, yaitu 0,3mg/l dan standar baku mutu air bersih 1,0mg/l.
          Enos yang pernah menjabat sebagai Kepala Laboratorium Pulp dan Kertas Fahutan Unmul mengatakan, pihaknya juga telah membuat ekstraktif kelor dengan konsentrasi lima persen, yaitu dengan merebus lima gram tepung biji kelor ke dalam 100 ml air hingga mendidih dan disaring.

          Dalam waktu 10 hingga 15 menit, partikel-partikel kotoran yang terdapat di dalam air akan menyatu dan mengendap, sehingga air menjadi jernih.
Sedangkan tembaga (Cu) yang semula 1,15mg/l menjadi 0,12mg/l, telah memenuhi standar baku mutu air minum dan air bersih yang diperbolehkan, yaitu 1mg/l, dan kandungan logam mangan (Mn) yang semula 0,24mg/l menjadi 0,04mg/l, telah memenuhi standar baku mutu air minum dan air bersih, yaitu 0,1mg/l dan 0,5mg/l.
Namun ia mengakui, apabila air tersebut dikonsumsi untuk diminum, aroma kelor yang khas masih terasa, oleh sebab itu bak penampungan air harus ditambahkan arang pada saat proses pengadukan. Arang berfungsi untuk menyerap aroma kelor tersebut.

Ekstraktif
"Air saringan kelor ini dapat digunakan untuk menjernihkan air, caranya dengan mencampur tiga hingga lima mililiter ekstrak biji kelor ke dalam satu liter air dan diaduk dengan cepat," katanya.
Disebutkan, dalam satu polong buah kelor terdapat 10 hingga 15 biji kelor dengan berat masing-masing biji sebesar 2,5 gram tanpa kulit ari, dan dari 10 biji kelor dapat dibuat menjadi serbuk untuk menjernihkan air sebanyak 40 liter.
Ia mengatakan, penemuan yang telah dikembangkan sejak tahun 1986 di negara Sudan untuk menjernihkan air dari anak Sungai Nil ini di masa mendatang dapat dikembangkan untuk menjerihkan air Sungai Mahakam dan hasilnya dapat dimanfaatkan PDAM setempat.
Menurutnya, cara tersebut lebih ekonomis dibanding menggunakan sistem penjernihan air dengan bahan baku tawas yang masih digunakan selama ini. Apalagi, tmabahnya, tanaman kelor dapat dibudidayakan di Kaltim, sementara daun dan buahnya yang masih muda pun dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan.
"Tanaman kelor yang dikembangbiakkan dengan biji dan stek dapat tumbuh dengan cepat di daerah berair, dalam tiga bulan pertama tumbuhan tersebut sudah cukup besar dan enam bulan kemudian sudah berbuah dan dimanfaatkan bijinya," kata Enos Tengke.
Oleh sebab itu, tambahnya, memanfaatkan kelor untuk menjernihkan air merupakan alternatif terbaik yang lebih ekonomis, efisien dan turut melestarikan lingkungan dengan membudidayakan tanaman tersebut di sekitar daerah aliran sungai (DAS).
***

  •  Tulisan ini adalah tulisan Dwi Dira Rahmawati yang pernah dimuat di LKBN Antara dan dipublikasikan kembali di blog penulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar